Labels

Wednesday 27 April 2011

Delapan Mata Air Kecemerlangan

Resensi buku karya: M. Anis Matta, Lc.

Islam datang dengan 2 pesona; pesona kebenaran yang abadi dan pesona manusia muslim yang temporal. Dan pada setiap momentum sejarah di mana kedua pesona itu bertemu, Islam selalu berada di puncak kekuatan dan kejayannya. Akan tetapi, itulah masalah Islam saat ini. Ia memang tidak akan pernah kehilangan pesona kebenarannya, karena kebenarannya bersifat abadi. Namun, ia kini masih kehilangan pesona manusianya.

Buku Delapan Mata Air Kecemerlangan ini merupakan upaya Anis Matta menjawab problematika itu. Untuk menjadikan muslim sebagai pesona Islam, maka kita harus mempertemukan manusia-manusia muslim itu dengan mata air kecemerlangannya.

Mata Air Pertama: Konsep Diri
Konsep diri adalah suatu kesadaran pribadi yang utuh, kuat, jelas, dan mendalam tentang visi dan misi hidup; pilihan jalan hidup beserta prinsip dan nilai yang membentuknya; peta potensi; kapasitas dan kompetensi diri; peran yang menjadi wilayah aktualisasi dan kontribusi; serta rencana amal dan karya unggulan. Konsep Diri menciptakan perasaan terarah dalam struktur kesadaran pribadi kita. Keterarahan adalah salah satu mata air kecemerlangan.

Konsep Diri manusia Muslim adalah kesadaran yang mempertemukan antara kehendak-kehendaknya sebagai manusia; antara model manusia Muslim yang ideal dan universal dengan kapasitas dirinya yang nyata dan unik, antara nilai-nilai Islam yang komprehensif dan integral dengan keunikan-keunikan pribadinya sebagai individu; antara ruang aksi dan kreasi yang disediakan Islam dengan kemampuan pribadinya untuk beraksi dan berkreasi; dan antara idealisme Islam dengan realitas pribadinya.

Mata Air Kedua: Cahaya Pikiran

Perubahan, perbaikan, dan pengembangan kepribadian harus selalu dimulai dari pikiran kita. Sebab, tindakan, perilaku, sikap, dan kebiasaan kita sesungguhnya ditentukan oleh pikiran-pikiran yang memenuhi benak kita. Bukan hanya itu, semua emosi atau perasaan yang kita rasakan dalam jiwa kita seperti kegembiraan dan kesedihan, kemarahan dan ketenangan, juga ditentukan oleh pikiran-pikiran kita. Kita adalah apa yang kita pikirkan.

Maka, kekuatan kepribadian kita akan terbangun saat kita mulai memikirkan pikiran-pikiran kita sendiri, memikirkan cara kita berpikir, memikirkan kemampuan berpikir kita, dan memikirkan bagaimana seharusnya kita berpikir. Benih dari setiap karya-karya besar yang kita saksikan dalam sejarah, selalu terlahir pertama kali di sana: di alam pikiran kita. Itulah ruang pertama dari semua kenyataan hidup yang telah kita saksikan.

Mata Air Ketiga: kekuatan Tekad
Tekad adalah jembatan di mana pikiran-pikiran masuk dalam wilayah fisik dan menjelma menjadi tindakan. Tekad adalah energi jiwa yang memberikan kekuatan kepada pikiran untuk merubahnya menjadi tindakan.

Pikiran tidak akan pernah berujung dengan tindakan, jika ia tidak turun dalam wilayah hati, dan berubah menjadi keyakinan dan kemauan, serta kemudian membulat menjadi tekad. Begitu ia menjelma jadi tekad, maka ia memperoleh energi yang akan merangsang dan menggerakkan tubuh untuk melakukan perintah-perintah pikiran.

Bila tekad itu kuat dan membaja, maka tubuh tidak dapat, atau tidak sanggup menolak perintah-perintah pikiran tersebut. Akan tetapi, bila tekad itu tidak terlalu kuat, maka daya rangsang dan geraknya terhadap tubuh tidak akan terlalu kuat, sehingga perintah-perintah pikiran itu tidak terlalu berwibawa bagi tubuh kita.

Maka, kekuatan dan kelemahan kepribadian seseorang sangat ditentukan oleh sebesar apa tekadnya, yang merupakan energi jiwa dalam dirinya. Tekad yang membaja akan meloloskan setiap pikiran di sleuruh prosedur kejiwaan, dan segera merubahnya menjadi tindakan.

Mata Air Keempat: Keluhuran Sifat

Pada akhirnya semua kekuatan internal –kosep diri, pikiran dan tekad- yang telah kita bangun dalam diri kita, haruslah bermuara pada munculnya sifat-sifat keluhuran. Kecemerlangan seseorang di dalam hidup sesungguhnya berasal –salah satunya- dari mata air keluhuran budi pekertinya. Dari mata air keluhuran itu, semua nilai-nilai kemanusiaan yang mulia terjalin menjadi satu kesatuan, dan menampakkan diri dalam bentuk sifat-sifat terpuji.

Sifat-sifat itulah yang akan tampak di permukaan kepribadian kita, mewakili keseluruhan pesona kekuatan kepribadian yang kita miliki, yang sebagiannya terpendam di kedalaman dasar kepribadian kita. Kekuatan pesona sifat-sifat keluhuran itu seperti sihir, yang akan menaklukkan akal dan hati orang-orang yang ada di sekitarnya, atau yang bersentuhan dengannya secara langsung.

Setiap sifat memiliki akar tersendiri yang terhunjam dalam di kedalaman pikiran dan emosi kita. Seperti juga pohon, sifat-sifat itu tersusun sedemikian rupa di mana sebagian mereka melahirkan sebagian yang lain. Ada sejumlah sifat-sifat tertentu yang berfungsi seperti akar pada pohon, yang kemudian tumbuh berkembang menjadi batang, dahan dan ranting, daun dan buah. Demikianlah kita tahu bahwa semua sifat keluhuran berakar pada lima sifat: cinta kebenaran, kesabaran, kasih sayang, kedermawanan, dan keberanian.

Mata Air Kelima: Manajemen Aset Fundamental

Obsesi-obsesi besar, pikiran-pikiran besar, dan kemauan-kemauan besar selalu membutuhkan daya dukung yang juga sarana besarnya. Salah satunya dalam bentuk pengelolaan dua aset fundamental secara baik, yaitu kesehatan dan waktu.

Fisik adalah kendaraan jiwa dan pikiran. Perintah-perintah pikiran dan kehendak-kehendak jiwa tidak akan terlaksana dengan baik, bila fisik tidak berada dalam kondisi kesehatan yang prima. Kadang-kadang, jumlah “penumpang” yang mengendarai fisik kita melebihi kapasitasnya dan membuatnya jadi oleng. Akan tetapi, perawatan yang baik akan menciptakan keseimbangan yang rasional antara muatan dan kapasitas kendaraan.

Waktu adalah kehidupan. Setiap manusia diberikan kehidupan sebagai batas masa kerja dalam jumlah yang berbeda-beda, yang kemudian kita sebut dengan umur yang terbentang dari kelahiran hingga kematian. Tidak ada manusia yang mengetahui akhir dari batas masa kerja itu, yang kemudian kita sebut ajal. Hal itu menciptakan suasana ketidakpastian, tetapi itulah aset paling berharga yang kita miliki.

Ibarat menempuh sebuah perjalanan yang panjang, fisik kita berfungsi sebagai kereta, dan waktu yang terbentang jauh atau dekat, seperti rel kereta. Seorang masinis boleh menentukan stasiun terakhir yang kita tuju, tetapi dia harus menjamin bahwa kereta yang dikemudikannya dan rel yang akan dilewatinya benar-benar berada dalam keadaan baik.

Kesehatan dan waktu adalah dua perangkat keras kehidupan yang sangat terbatas. Akan tetapi, manusia-manusia cemerlang selalu dapat meraih sesuatu secara maksimal dari semua keterbatasan yang melingkupinya.

Mata Air Keenam: Integrasi Sosial

Kemampuan beradaptasi dengan lingkungan masyarakat di mana kita berada bukan saja merupakan ukuran kematangan pribadi seseorang, tetapi lebih dari itu. Sebab, lingkungan sosial kita harus dipandang sebagai wadah kita untuk menyemai semua kebaikan yang telah kita kembangkan dalam diri.

Dengan cara pandang ini, maka setiap diri kita akan membangun hubungan sosialnya dengan semangat partisipasi: menyebarkan bunga-bunga kebaikan di taman kehidupan masyarakat kita.

Dengan semangat ini, maka semua usaha kita untuk menciptakan keharmonisan sosial menjadi niscaya. Bukan saja karena dengannya kita dapat menyebarkan kebaikan yang tersimpan dalam diri kita, tetapi juga karena kita menciptakan landasan yang kokoh untuk meraih kesuksesan, berkah kehidupan, dan kebahagiaan dalam hidup.

Jika kematangan pribadi merupakan landasan bagi kesuksesan sosial, maka kesuksesan sosial merupakan landasan bagi kesuksesan lain dalam hidup, seperti kesuksesan profesi.

Mata Air Ketujuh: Kontribusi

Kehadiran sosial kita tidak boleh berhenti pada tahap partisipasi. Harus ada langkah yang lebih jauh dari sekadar itu. Harus ada karya besar yang kita kontribusikan kepada masyarakat, yang berguna bagi kehidupan mereka; sesuatu yang akan dicatat sebagai jejak sejarah kita, dan sebagai amal unggulan yang membuat kita cukup layak mendapatkan ridha Allah SAW dan sebuah tempat terhormat dalam surga-Nya.

Kontribusi itu dapat kita berikan pada wilayah pemikiran, atau wilayah profesionalisme, atau wilayah kepemimpinan, atau wilayah finansial, atau wilayah lainnya. Namun, kontribusi apa pun yang hendak kita berikan, sebaiknya memenuhi dua syarat: memenuhi kebutuhan masyarakat kita dan dibangun dari kompetensi inti kita. Masyarakat adalah pengguna karya-karya kita, maka yang terbaik yang kita berikan kepada mereka adalah apa yang paling mereka butuhkan, dan apa yang tidak dapat dipenuhi oleh orang lain. Akan tetapi, kita tidak dapat berkarya secara maksimal di luar dari kompetensi inti kita. Karena itu, kita harus mencari titik temu diantara keudanya.

Caranya adalah sebagai berikut: buatlah peta kebutuhan kondisional masyarakat kita, dan kemudian buatlah peta potensi kita, untuk menemukan kompetensi inti diri kita. Apabila titik temu itu telah kita temukan, maka masih ada satu lagi yang harus kita lakukan; menjemput momentum sejarah untuk meledakkan potensi kita menjadi karya-karya besar yang monumental. Ini semua mengharuskan kita memiliki kesadaran yang mendalam akan tugas sejarah kita sebagai pribadi, sekaligus firasat yang tajam tentang momentum-momentum sejarah kita.

Mata Air Kedelapan: Konsistensi

Sebagai manusia beriman, kita meyakini sebuah prinsip, bahwa bagian yang paling menentukan dari seseorang adalah akhir hidupnya. Maka, persoalan paling berat yang kita hadapi sesungguhnya bukanlah mendaki gunung, tetapi bagaimana bertahan di puncak gunung itu hingga akhir hayat.

Mengukir sebuah prestasi besar dalam hidup dan mempertahankannya hingga akhir hayat, adalah dua misi dan tugas hidup yang berbeda; berbeda pada kapasitas energi jiwa yang diperlukannya, berbeda pada proses-proses psikologisnya, berbeda pula pada ukuran kesuksesannya.

Untuk dapat bertahan di puncak, kita harus menghindari jebakan-jebakan kesuksesan, seperti rasa puas yang berlebihan atau perasaan menjadi besar dengan kesuksesan yang telah kita raih. kita harus mempertahankan obsesi pada kesempurnaan pribadi, melakukan perbaikan berkesinambungan, melakukan pertumbuhan tanpa batas akhir, dan mempertahankan semangat kerja dengan menghadirkan kerinduan abadi kepada surga dan kecemasan abadi dari neraka, serta menyempurnakan semua usaha-usaha manusiawi kita dengan berdoa kepada Allah untuk mendapatkan husnul khatimah. Semua itu agar kita menjemput takdir sejarah kita yang terhormat di bawah naungan ridha Allah SWT, dan agar kita kelak menceritakan episode panjang kepahlawanan ini kepada saudara-saudara kita di surga.

Monday 25 April 2011

Segenggam garam

Pada suatu pagi, datanglah seorang pemuda dengan langkah lunglai dan rambut masai. Pemuda itu sepertinya tengah dirundung masalah. Tanpa membuang waktu, dia mengungkapkan keresahannya: impiannya gagal, karier, cinta, dan hidupnya tak pernah berakhir bahagia.

Sang Guru mendengarkannya dengan teliti dan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Dia taburkan garam itu ke dalam gelas, lalu dia aduk dengan sendok.

" Coba minum ini, dan katakan bagaimana rasanya?" pinta Sang Guru.

"Asin dan pahit, pahit sekali," jawab pemuda itu, sembari meludah ke tanah.

Sang Guru hanya tersenyum. Ia lalu mengajak tamunya berjalan ke tepi telaga di hutan dekat kediamannya. Kedua orang itu berjalan beriringan dalam kediaman. Sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu. Sang Guru lalu menaburkan segenggam garam tadi ke dalam telaga. Dengan sebilah kayu, diaduknya air telaga, membuat gelombang dan riak kecil.

Setelah air telaga tenang, ia pun berkata, "Coba, ambil air dari telaga ini, dan minumlah."

Saat tamu itu selesai meneguk air telaga, Sang Guru bertanya, "Bagaimana rasanya?"

"Segar," sahut pemuda itu.

"Apakah kamu masih merasakan garam di dalam air itu?" tanya Sang Guru.

"Tidak," jawab si anak muda.

Sang Guru menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu mengajaknya duduk bersimpuh di tepi telaga.

"Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan seumpama segenggam garam. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama.Tetapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah atau tempat yang kita pakai. Kepahitan itu, selalu berasal dari bagaimana cara kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan atau kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang boleh kamu lakukan: lapangkanlah dadamu untuk menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu. Luaskan cara pandang terhadap kehidupan. Kamu akan banyak belajar dari keluasan itu."

"Hatimu anakku, adalah wadah itu. Batinmu adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah hatimu seluas telaga yang mampu meredam setiap kepahitan. Hati yang seluas dunia!"

Keduanya beranjak pulang. Sang Guru masih menyimpan "segenggam garam" untuk orang-orang lain, yang sering datang padanya membawa keresahan hati.

Ada sebuah doa tentang kelapangan hati didalam Alquran :
Ya Allah, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku ( QS : Thohaa : 27)

Tiada usaha tanpa doa...keyakinan kita beriktiar harus diiringi dengan doa..merendahkan diri dalam kekuasaan ilahi...



Thursday 21 April 2011

Hidup adalah Refleksi diri

Suatu hari seorang anak kecil dan ayahnya sedang berjalan di sebuah gunung. Karena jalannya licin tiba-tiba anak itu tergelincir dan menjerit, "Aaahhh!!!" Betapa kagetnya ia, ketika mendengar ada suara dari balik gunung, "Aaahhhh!!!"

Dengan penuh rasa ingin tahu, ia berteriak, "Hai siapa kau?" Ia mendengar lagi suara dari balik gunung, "Hai siapa kau?"

Ia merasa dipermainkan dan dengan marah ia berteriak lagi, "Kau pengecut..!!" Tapi sekali lagi dari balik gunung terdengar suara balasan, "Kau pengecut..!!"

Ia lalu menengok ke ayahnya dan bertanya, "Ayah, sebenarnya apa yang terjadi?"Siapa orang meniru ucapan2ku tadi mengapa aku tak melihatnya" Ayahnya tersenyum dan berkata, "Anakku, mari perhatikan ini"

Kemudian ia berteriak sekuat tenaga pada gunung,
"Aku mengagumimu..!!"

Dan suara itu menjawab, "Aku mengangumimu..!!"

Sekali lagi ayahnya berteriak,"Kau adalah sang juara..!!"

Suara itu pun menjawab lagi,"Kau adalah sang juara..!!"

Anak itu merasa terheran-heran, tapi masih juga belum memahami. Kemudian ayahnya menjelaskan,
"Anakku, orang-orang menyebutnya GEMA, tetapi sesungguhnya ada makna lain dalam kehidupan kita ini ia akan mengembalikan pada kita apa yang telah kita lakukan dan  katakan. Hidup kita ini hanyalah refleksi dari tindakan kita."

Kisah diatas menceritakan ttg gema. Perbuatan dan perkataan kita akan pulang kembali pada kita. bila kita banyak berbuat baik maka banyak pula kebaikan datang. Bila perkataan yang baik dan santun kita akan mendapatkan perkataan yang baik dan santun pula. Memang begitulah hakekat hidup kita mendapatkan apa2 yang tela kita usahakan.Namun sebagai orang muslim ada satu hal yang harus kita imani yaitu takdir. Tak selamanya usaha bagus menghasilkan hasil yang bagus pula. Terkadang Allah ingin menguji kita sehingga hasilnya adalah kebalikan dari harapan kita.

Gema kehidupan ini memang benar adanya...hanya saja bila dilihat dialam yang nyata tak semua tempat didunia ini akan menghasilkan gema. Jadi tak semua kasih sayang tulus akan dibalas dengan kasih sayang pula. Ada yang menggema ada pula tidak. Namun berbuat kewajiban pasti ada balasnya. Bila tak didapat didunia maka Allah akan memberikannya diakhirat.

Hukum gema berlaku ditempat2 yang kosong...seperti digunung, ruangan kosong dsb. Gema sangat terlihat pada pendidikan anak2...apa2 yang kita lakukan dan katakan ia akan terlihat pada nak kita. Anak adalah lembaran kosong yang dapat membalas gema kita orangtuanya, namun selain kita ia juga menggemakan waspada akan gema yang datang dari luar diri kita ortunya..seperti gema yang berasal dari oranng sekitarnya dan lingkungannya.

Jadi bila mengingin generasi yang baik maka perbaiki diri untuk menjadi orang baik...anak adalah cermin diri yang pertama..baik orangtua baik pula anaknya...ingin anak sholeh jadilah orangtua yang sholeh pula...lakukan perbuatan dan perkataan baik maka gemanya juga akan baik...dan berikutnya berikan ia lingkungan yg baik pula agar gema dari lingkungannya juga akan baik....sesuai dengan sabda Rasulullah sbb:

Rasulullah Saw bersabda" Setiap orang dilahirkan dalam keadaaan fitrah, kedua orangtuanyalah yang menjadikan ia Yahudi, Nasrni atau majusi."

Wallahu'alam



Tuesday 19 April 2011

A winners or A losser

Dua orang pria yang bernama Budi & Andi bekerja sebagai staf disebuah perusaan multinasional. Setelah 2 bulan bekerja, Andi mulai merasakan jenuh pada hidupnya karena atasan  mereka sangat tidak menyenangkan. Mereka selalu dilakukan seperti anak kecil yang tak tahu apa2…instruksi kerja diikuti dengan kecaman, umpatan atau kritikan yang menyakitkan bahkan menjelekkan satu staf kepada staf yang lainnya. Dengan kata lain atasan mereka yang sangat tempramental,arogan dan keras saat memberikan instruksi atau berinteraksi dikantor. Kadang Andi beradu argumentasi dengan atasan yang temperamen itu hingga akhirnya Andi memilih hengkang dengan cara yang sedikit emosional dari perusahaan

Setelah setahun  keuarnya Andi dari pekerjaannya, atasan mrk heran terhadap Budi yang masih saja bertahan bekerja sebagai stafnya diperusahaan itu kemudian bertanyalah atasan yang arogan itu

“ Apa yang membuatmu tetap berada disin Budi?

“ Maksud bapak? Budi memandang teduh wajah atasan di hadapannya.

“Iya.. apa yang membuatmu tetap tinggal sementara teman2mu yang lain sudah banyak yang keluar tidak lebih dari 3 bulan di perusahaan ini.

Budi hanya tersenyum sembari meneruskan pekerjaanya yang  menumpuk.

“Saya akui saya sangat arogan di sini, dan saya juga tahu banyak sekali staf2 disini yang benci kepada saya..

“Lalu ???

“Maksud saya, kenapa kamu tenang2 saja saat saya marah besar ?.

“Saya hanya memandang bapak sebagai seorang yang berusaha menjalankan tugas bapak sebaik mungkin.

“Hanya itu??Atasannya sambil mempertajam pandangannya ke arah Budi.

“Bagi saya, di dunia ini hanya ada 2 tipe manusia yang berusaha untuk memahami hidupnya. Yang pertama adalah WINNERS atau PEMENANG, dan yang kedua LOSERS PECUNDANG. Di sini saya memilih untuk menjadi WINNERS meski membuat semua itu terwujud butuh lebih dari sekedar “MAKAN HATI dan MENANGIS”, Butuh lebih banyak DOA dan RASA SYUKUR, dan butuh bergunung gunung rasa SABAR. Dan itu tidak bisa di lakukan oleh seorang LOSERS

“Budi, saya ingin kamu jujur kepada saya,… saya termasuk yang mana di mata kamu??

“Tidak bijak rasanya saya memberikan penilaian kepada orang lain, apalagi kepada bapak.
“Saya ingin kamu menilai saya Budi.

“Saya tidak bisa pak.. Budi kembali memandang teduh wajah di hadapannya..

“Tolong Budi, dan penilaian kamu tidak akan mempengaruhi kinerja kamu di sisni, saya janji…

“Bapak yakin??

“Ya…

“Bapak seorang  LOSERS..…………………………………..!

“ Jelaskan kepada saya..

“Orang yang tidak mensyukuri apapun pekarjaanya, sama hanya ia tidak berniat untuk bekerja, ia tidak menyadari bahwa dalam apapun pekerjaan yang dilakukan, selalu berbicara tentang “tekanan”,deadline, akurasi, maupun sistem yang semua itu bukanlah hal yang membahagiakan,dan itulah pekerjaan, terima itu sebagai kenyataan bahwa pekerjaan bukan bercerita tentang tarian bahagia atau bersenang senang..

Pahami kata ini “PEKERJAAN”, meletakkan sesuatu pada tempat yang telah di atur dalam sebuah sistem, bergerak dan melakuan sesuatu untuk menyelesaikan masalah yang timbul tanpa menambah masalah yang lain. Dan kadang masalah lain itu timbul dari rekan kerja, semisal bapak yang mengecam bawahan bapak, saya anggap bapak sudah gagal untuk menjadi seorang winner, karena bapak gagal menjadikan diri bapak seorang pemimpin yang baik..

“Lalu apa yang kamu lakukan dengan perlakuan saya??

“Saya berusaha untuk profesional memandang apapun yang saya terima dari siapapun, kecaman bapak kepada saya, saya berusaha keras menyelesaikan apa tugas saya sebaik baiknya, tp kadang itu belum tentu baik menurut bapak, dan saya hanya bisa mengulang pekerjaan saya sama persis seperti apa yang bapak perintahkan,.

“Apa motifasi kamu bersabar terhadap kecaman saya…???

“Saya ingin tahu seberapa banyak stok sabar yang saya punya, saya ingin tahu seberapa banyak saya bisa mem-PRODUKSI kesabaran dalam diri saya, saya ingin tahu seberapa kuat jiwa saya yang muda ini memahami jiwa bapak yang lebih tua dari saya, dan saya ingin bisa memaklumi kelemahan dan kekurangan bapak seperti kata bijak yang sering saya dengar... “manusia itu dinilai dari bagaimana ia menyelesaikan masalah dalam hidupnya”, dan saya ingin menyelesaikan masalah di tempat ini sebaik yang saya bisa..

“Terimakasih Budi.. atasannya meninggalkan Budi sembari menepuk pundaknya.

“Dalam hidup, kadang semua berjalan tidak seperti apa yang kita harapkan atau kita rencanakan, bahkan impikan, karena itulah kehidupan. Kehidupan yang mengajarkan bagaimana kita menjadikan semua ini menjadi KEBAIKAN, bukan KESEDIHAN, saat TEKANAN datang, jangan jadikan itu KEHANCURAN.. katakan pada hatimu “setelah ini, aku bisa lebih baik lagi”.. karena setiap masalah di bumi ini sebenarnya adalah bahan semen yang menguatkan pondasi rumah jiwamu menjadi sosok yang lebih baik, lebih bijak dan lebih teduh…

Dan jika amarah memasuki hatimu untuk meledak, membawamu untuk menyerah dan pergi, maka pondasi jiwamu tidak akan pernah menjadi kokoh sampai kapanpun sementara kita masih berjalan di titian waktu kehidupan ini akan selalu ada masalah..

Bismillah "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta." (QS. al-Ankabut: 2-3)

Masalah, kesedihan, tangisan  adalah tangga yang akan membawamu lebih tinggi dari sekarang..Tanyakan kepada setiap orang hebat apakah mereka pernah merasakan yang namanya masalah??

Dan orang2 hebat adalah orang2 yang mampu menyelesaikan masalah menjadi pondasi, penerang dan benteng dalam hidupnya, dan bukan menjadikan masalah sebagai kambing hitam untuk berlari dari kehidupan.


Wednesday 13 April 2011

Adu hebat...adu kuat???????Penyakit orang sombong

Banyak orang terjebak oleh kehebatan dirinya sendiri sehingga ia lupakan hakikatnya sebagai manusia. Tiada yang sempurna didunia ini  karena sempurna itu adalah milik Allah . Tiada satupun manusia yang diizinkan Allah berjalan dimuka bumi ini dengan sombong. Karena kesombomgan itu adalah pakaian Allah...tak ada  manusia pantas mengenakannya.

Saat ada orang bertanya siapakah orang yang paling hebat dan kuat didunia ini? apakah ada jawabnya? Besi dan baja paling kuat, namun api membara dapat melarutkannya. Api membara paling kuat, namun air dapat memadamkannya. Air bah paling kuat, namun matahari dapat menguapkannya. .Matahari paling kuat, namun lapisan awan dapat menutupinya. Awan paling kuat, namun topan dapat mengembusnya. Badai angin paling kuat, namun gunung tinggi dapat menahannya. Gunung tinggi paling kuat, namun pendaki gunung dapat menaklukkannya. Singa dan harimau paling kuat, namun lalat atau semut dapat menggigitnya. Orang jahat paling kuat, namun ketakutan dapat mengejutkannya. Kematian paling kuat, namun orang yang memahami kebenaran mampu mengatasinya.

Kalau begitu, apakah yang paling kuat? Orang yang mempunyai keyakinan paling kuat. Orang yang mempunyai keyakinan, dia bisa tidak takut pada langit dan bumi, tidak merasa gentar terhadap hidup maupun mati, Dia bisa bersandar pada faramita (kesempurnaan) di dalam hatinya, tidak kaget dengan kemuliaan dan kehinaan duniawi, benar-benar memahami akan hakikat dan arti kehidupan.

Di atas dunia ini, pada umumnya orang pasti berharap diri sendiri menjadi seorang yang kuat, namun di antara orang yang kuat pasti masihada yang lebih kuat, sebagaimana yang disebut bahwa di luar manusia masih ada manusia, di luar langit masih ada langitnya, kuda yang liar di tunggangi oleh orang yang sesuai, obat beracun pasti ada orang yang tahu penawarnya dengan cara racun dilawan dengan racun. Maka, di atas dunia ini tidak ada yang benar-benar paling besar dan kuat, yang ada hanya kebaikan paling besar, dan hanya sebab akibat yang paling kuat.




Kekuatan Pujian..

Ini kisah nyata tentang seorang penyanyi terkenal di Eropa, wanita bersuara bagus. Dia bersuamikan seorang pemusik dan seorang pengarang lagu. Begitu pandainya sang suami ini tentang lagu, nada, birama dan hal lain di bidang musik, sehingga dia selalu menemukan apa yang harus dikoreksi ketika istrinya menyanyi.

Kalau istrinya menyanyi, selalu saja ada komentar dan kritik seperti; bagian depan kurang tinggi. Lain kali dia berkata, bagian ini kurang pelan. Kali lain dia mengkritik, bagian akhir harusnya "kres", naik sedikit. Selalu saja ada komentar pedas yang dia lontarkan kalau istrinya menyanyi dan bersenandung. Akhirnya wanita itu malas menyanyi. Dia mengambil keputusan, "Wah, tidak usah menyanyi saja, jika semua salah. Malah kadang menjadi pertengkaran..."

Singkat cerita, karena suatu musibah, sang suami meninggal dan lama setelah itu si wanita menikah lagi dengan seorang tukang ledeng. Tukang ledeng ini tidak tahu menahu soal musik. Yang ia tahu istrinya bersuara bagus dan dia selalu memuji istrinya kalau bernyanyi.

Suatu ketika istrinya bertanya, "Pa, bagaimana laguku?"

Dia menjawab antusias, "Ma, saya ini selalu ingin cepat pulang karena mau dengar engkau menyanyi."

Lain kali dia berkata, "Ma, kalau saya tidak menikah dengan engkau, mungkin saya sudah tuli karena bunyi dentuman, bunyi gergaji, bunyi cericit drat pipa ledeng, gesekan pipa ledeng dan bunyi pipa lainnya yang saya dengar sepanjang hari kalau saya bekerja. Sebelum saya menikah denganmu, saya sering mimpi dan terngiang-ngiang suara gergaji yang tidak mengenakkan itu ketika tidur. Sekarang setelah menikah dan sering mendengar engkau menyanyi, lagumulah yang terngiang-ngiang."

Istrinya sangat bersukacita, tersanjung. Hal itu membuat dia gemar bernyanyi, bernyanyi dan bernyanyi. Mandi dia bernyanyi, masak dia bernyanyi dan tanpa disadarinya dia berlatih, berlatih dan berlatih. Suaminya mendorong hingga dia mulai rekaman dan mengeluarkan kaset volume pertama yang ternyata disambut baik oleh masyarakat.

Wanita itu akhirnya menjadi penyanyi terkenal, dan dia terkenal bukan pada saat suaminya ahli musik, tetapi saat suaminya seorang tukang ledeng, yang dengan setia memberinya pujian ketika dia bernyanyi.

Sedikit pujian memberikan penerimaan. Sedikit pujian memberikan rasa diterima, memberikan dorongan, semangat untuk melakukan hal yang baik dan lebih baik lagi. Sedikit pujian dapat membuat seseorang bisa meraih prestasi tertinggi. Omelan, bentakan, kecaman, amarah atau kritik sesungguhnya tidak akan banyak mengubah.

Dale Carnegie saja mendapatkan hasil bahwa kritik tidak pernah mampu memperbaiki pihak yang dikritik. Mengejutkan saya hasil penelitian ini. Ternyata kritikan lebih banyak merusak daripada membangun. Banyak yang memberikan istilah ‘kritik itu membangun’. Apakah memang benar?

Memang mudah untuk memberikan kritik daripada pujian. Anak TK saja bisa melakukannya.Namun memulai pujian adalah sesuatu yang patut diusahakan.

Kritikan adalah suatu yang sia-sia tidak membangun karena ia hanya akan memaksa pihak lawan membela diri dan menyebabkan si lawan akan membenarkan dirinya saja. Kritikan juga akan melukai perasaan, harga diri dan membangkitkan dendam dihati.

Bila suatu hari diri kita dikritik, silakan lanjutkan hidup dan jauhi orang-orang yang berniat untuk menghancurkan kehidupan kita dengan kritikannya. Banyak orang besar yang sampai bunuh diri karena dikritik. Sebelum kamu benar-benar frustasi karena semua kritikan itu, katakan selamat tinggal pada pengkritikmu. Mereka tidak jauh lebih baik dari diri kita.

Demikian pula dalam memperbaiki sikap anak2 kita janganlah dimulai dengan kritikan terhadap kesalahannya... mulailah dengan pujian dan prasangka baik agar ia lebih mudah mengubah sikap sesuai dengan yang diharapkan. Bila kita lebih sering mempersoalkan kesalahan2 mereka maka anak2 bukannya mengalami perbaikan malah kita akan mendapatkan sebaliknya. Dengan kritikan kita hanya akan menanamkan citra negatif didalam diri mereka sebaliknya kata2 pujian akan menanamkan citra positif. Pujian memang suatu yang sangat patut untuk diusahakan.

Jika bisa membangun dengan pujian, kenapa harus menghancurkan dengan kritikan?




Tuesday 12 April 2011

Hati yang Sempurna

Perjalanan hati selama didunia ini banyak mengalami luka...luka kecil, luka besar, hanya goresan, berlubang hingga infeksi yang tak kunjung sembuh........sungguh buruk rupa hati bila dibayangkan, tidak mulus tapi penuh dengan koyakan dan luka. Itu terjadi akibat interaksi kita hidup didunia ini. Bertemu dengan berbagai macam orang yang sering melukai kita....saudara kita, anak kita, pasangan hidup kita, ttangga kita ataupun sahabat kita.........APAKAH HATI KITA TAK SEMPURNA?

Luka itu terjadi karena harapan kita tak sesuai dengan kenyataan yang kita terima...bagaimana kita mengikapi luka hati itu? Hahay mari kita simak kisah dibawah ini........

Pada suatu hari, seorang pemuda berdiri di tengah kota dan menyatakan bahwa dialah pemilik hati yang terindah yang ada di kota itu. Banyak orang kemudian berkumpul dan mereka semua mengagumi hati pemuda itu, karena memang benar-benar sempurna hatinya. Tidak ada satu cacat atau goresan sedikitpun di hati pemuda itu. Pemuda itu sangat bangga dan mulailah ia menyombongkan hatinya yang indah.

Tiba-tiba, seorang lelaki tua menyeruak dari kerumunan, tampil ke depan dan berkata "Mengapa hatimu masih belum seindah hatiku ?".

Kerumunan orang-orang dan pemuda itu melihat pada hati pak tua itu. Hati pak tua itu berdegup dengan kuatnya, namun penuh dengan bekas luka, dimana ada bekas potongan hati yang diambil dan ada potongan yang lain ditempatkan di situ; namun tidak benar-benar pas dan ada sisi-sisi potongan yang tidak rata. Bahkan, ada bagian-bagian yang berlubang karena dicungkil dan tidak ditutup kembali. Orang-orang itu tercengang dan berpikir, bagaimana mungkin pak tua itu mengatakan bahwa hatinya lebih indah ?

Pemuda itu melihat kepada pak tua itu, memperhatikan hati yang dimilikinya dan tertawa "Anda pasti bercanda, pak tua", katanya, "coba bandingkan hatimu dengan hatiku, hatiku sangatlah sempurna sedangkan hatimu tak lebih dari kumpulan bekas luka dan cabikan".

"Ya", kata pak tua itu," hatimu memang kelihatan sangat sempurna meski demikian aku tak akan menukar hatiku dengan hatimu. Lihatlah, setiap bekas luka ini adalah tanda dari orang-orang yang kepadanya kuberikan kasihku, aku menyobek sebagian dari hatiku untuk kuberikan kepada mereka, dan seringkali mereka juga memberikan sesobek hatinya untuk menutup kembali sobekan yang kuberikan. Namun karena setiap sobekan itu tidaklah sama, ada bagian-bagian yang kasar, yang sangat aku hargai, karena itu mengingatkanku akan cinta kasih yang telah bersama-sama kami bagikan.
Orang2 dikerumunan itu hanya diam dan pak tua melanjutkan ceritanya. Adakalanya, aku memberikan potongan hatiku begitu saja dan orang yang kuberi itu tidak membalas dengan memberikan potongan hatinya. Hal itulah yang meninggalkan lubang-lubang sobekan - - memberikan cinta kasih adalah suatu kesempatan. Meskipun bekas cabikan itu menyakitkan, mereka tetap terbuka, hal itu mengingatkanku akan cinta kasihku pada orang-orang itu, dan aku berharap, suatu ketika nanti mereka akan kembali dan mengisi lubang-lubang itu. Sekarang, tahukah engkau keindahan hati yang sesungguhnya itu seperti apa ?"

Pemuda itu berdiri membisu dan airmata mulai mengalir di pipinya. Dia berjalan ke arah pak tua itu, menggapai hatinya yang begitu muda dan indah, lalu merobeknya sepotong. Pemuda itu memberikan robekan hatinya kepada pak tua dengan tangan-tangan yang gemetar. Pak tua itu menerima pemberian itu, menaruhnya di hatinya dan kemudian mengambil sesobek dari hatinya yang sudah amat tua dan penuh luka, kemudian menempatkannya untuk menutup luka di hati pemuda itu. Sobekan itu pas, tetapi tidak sempurna, karena ada sisi-sisi yang tidak sama rata. Pemuda itu melihat kedalam hatinya, yang tidak lagi sempurna tetapi kini lebih indah dari sebelumnya, karena cinta kasih dari pak tua itu telah mengalir kedalamnya. Mereka berdua kemudian berpelukan dan berjalan beriringan.

Perjananan waktu akan membuat sebuah hati menjadi lebih indah...janganlah terlalu keras mempertahankan hati...berikanlah buat seseorang  walaupun hati kita tak sempurna namun akan lebih indahnya...memberi kasih, memberi maaf, memberi kesempatan merupakan jalan untuk memperindah hidup kita.


Sunday 10 April 2011

Cinta dan kehangatan

Suatu ketika. Kapak, gergaji , palu dan nyala api, sedang mengadakan perjalanan bersama.
Disuatu tempat perjalanan mereka berhenti karena terdapat sepotong besi baja yang tergeletak menghalangi jalanan. Merekapun berusaha menyingkirkan baja itu, dengan kekuatan yang mrk miliki masing- masing.

“Ah, itu bisa kusingkirkan”, kata kapak dengan sombongnya. Lalu pukulan2 kerasnya, sekali mengantam baja yang kuat dan keras itu, tapi tiap bacokan, hanya membuat kapak itu lebih tumpul sendiri sampai ia berhenti.

Melihat hal itu sang gergaji pun turun tangan. “ya sudah, sini biar aku yang urus, masa menyingkirkan hal itu saja kamu tidak bisa”, kata gergaji. Lalu dengan gigi2 yang tajam tanpa perasaan iapun mulai menggergaji, tapi seperti halnya kapak. Ia pun juga kecewa. Semua gigi2nya menjadi tumpul dan rontok.

Melihat dua teman nya yang tidak sanggup menyingkirkan baja itu, sekarang giliran palu yang angkat bicara. “apa ku bilang, kalian tidak akan bisa menyelesaikan masalah ini, kekuatan kalian bukan apa2 disini, lihat kekuatanku aku akan tunjukan caranya pada kalian, lihat ya”. Tapi baru sekali saja ia memukul kepalanya terpental sendiri dan baja tetap saja tidak berubah.

Setelah ketiganya menyerah, sekarang nyala api yang dari tadi diam mulai bersuara. “teman2, boleh aku mencoba”, tanya nyala api. Ketiga temannya mengangguk, kemudian ia pun melingkarkan diri dengn lembut menggeluti dan memeluknya mendekap erat tanpa melepaskannya, hingga akhirnya baja yang keras itupun meleleh menjadi cair.

Ada banyak hati yang cukup keras untuk melawan kemurkaan dan amukan kemarahan demi harga diri, tapi jarang ada hati yang tahan melawan nyala api cinta kasih yang sangat hangat. Betapa arif dan bijak ada dalam sebuah kelembutan dan kehangatan. Seperti api mencairkan hati yang dingin.


Thursday 7 April 2011

Cinta dan Perkawinan

Suatu hari, Murid bertanya pada gurunya, "Apa itu cinta? Bagaimana saya menemukannya?

Gurunya menjawab, "Ada ladang gandum yang luas didepan sana. Berjalanlah kamu dan tanpa boleh mundur kembali, kemudian ambillah satu saja ranting. Jika kamu menemukan ranting yang kamu anggap paling menakjubkan, artinya kamu telah menemukan cinta".

Murid itupun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan tangan kosong, tanpa membawa apapun.

Gurunya bertanya, "Mengapa kamu tidak membawa satupun ranting?"

Si murid menjawab, "Aku hanya boleh membawa satu saja, dan saat berjalan tidak boleh mundur kembali (berbalik)". Sebenarnya aku telah menemukan yang paling menakjubkan, tapi aku tak tahu apakah ada yang lebih menakjubkan lagi di depan sana, jadi tak kuambil ranting tersebut. Saat kumelanjutkan berjalan lebih jauh lagi, baru kusadari bahwasanya ranting-ranting yang kutemukan kemudian tak sebagus ranting yang tadi, jadi tak kuambil sebatangpun pada akhirnya"

Gurunya kemudian menjawab "Jadi ya itulah cinta anakku"

Di hari yang lain, si murid bertanya lagi pada gurunya, "Apa itu perkawinan? Bagaimana saya bisa menemukannya?"

Gurunya pun menjawab "Ada hutan yang subur didepan saja. Berjalanlah tanpa boleh mundur kembali  dan kamu hanya boleh menebang satu pohon saja. Dan tebanglah jika kamu menemukan pohon yang paling tinggi, karena artinya kamu telah menemukan apa itu perkawinan"

Murid pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan membawa pohon. Pohon tersebut bukanlah pohon yang segar dan bukan pula pohon yang subur, dan tidak juga terlalu tinggi. Pohon itu biasa-biasa saja.

Gurunya bertanya, "Mengapa kamu memotong pohon yang seperti itu?"

Plato pun menjawab, "sebab berdasarkan pengalamanku sebelumnya, setelah menjelajah hampir setengah hutan, ternyata aku kembali dengan tangan kosong. Jadi dikesempatan ini, aku lihat pohon ini, dan kurasa tidaklah buruk-buruk amat, jadi kuputuskan untuk menebangnya dan membawanya kesini. Aku tidak mau menghilangkan kesempatan untuk mendapatkannya"

Gurunya pun kemudian menjawab, "Dan ya itulah perkawinan"

Cinta itu semakin dicari, maka semakin tidak ditemukan. Cinta adanya di dalam lubuk hati, ketika dapat menahan keinginan dan harapan yang lebih. Ketika pengharapan dan keinginan yang berlebih akan cinta, maka yang didapat adalah kehampaan... tiada sesuatupun yang didapat, dan tidak dapat dimundurkan kembali. Waktu dan masa tidak dapat diputar mundur.
Terimalah cinta apa adanya.

Perkawinan adalah kelanjutan dari Cinta. Adalah proses mendapatkan kesempatan, ketika kamu mencari yang terbaik diantara pilihan yang ada, maka akan mengurangi kesempatan untuk mendapatkannya, Ketika kesempurnaan ingin kau dapatkan, maka sia2lah waktumu dalam mendapatkan perkawinan itu, karena, sebenarnya kesempurnaan itu tidak pernah ada.

"Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir" (Ar Ruum : 21)

Jadi sebagai orang berfikir dalam memilih pasangan hidup yang diperlukan adalah rasa tentram bukan kesempurnaan dari calon pasangan. dan jika kita ingin mendapat jodoh yang baik, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah memperbaiki diri, sesuai dengan ayat berikut

"Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)"(An Nuur : 26)

Segeralah mengambil keputusan...Jangan habiskan waktu untuk suatu kesempurnaan...itu akan mengurangi waktu kita untuk menikmati kebahagiaan dalam sebuah perkawinan...^_^


Wednesday 6 April 2011

Jembatan kasih tak selalu berhasil..............

Saya termasuk orang yang suka membaca atau mendengar kisah2 motivasi  untuk membangkitkan semangat dan motivasi dalam berbuat yang terbaik. Namun dipikir-pikir kisah2 ini terasa hampa bila tidak diiringi dengan iman dan ilmu.

Saya pernah punya masala dan berselisih paham dengan seseorang kemudian terjadilah perseteruan yang mengakibatkan hubungan silahturrahmi kami menjadi terganggu. Karena saya masih ingin membina hubungan dengannya maka dengan  niat yang tulus ingin memperbaiki...(tapi mungkin belum pada tingkat tulus karena Allah) saya bangunlah jembatan yang bagus tentunya menurut saya( sesuai dengan kemampuan dan kapasitas yang saya miliki). Apa yang terjadi...jembatan yang saya bangun taklah layak untuk dijadikan jembatan penghubung silahturahmi malah dicurigai sebagai sarana untuk melakukan serangan balik. Maksud + jadinya -...sabar belum waktunya. Buat lagi jembatan sudah agak bagus...eh datang air bah...jembatan yang telah cukup baik...hanyut bersama air bah....

Bila direnungkan kisah motivasi Jembatan kasih sayang itu...enak amat ya bikin cerita...kenyataaannya tak semudah ceritanya. Jembatan udah dibikin orang yang diharapkan menyeberang belum tentu mau...belum tentu ia akan berpikir seperti yang kita pikirkan atau kita harapkan.

Rasanya keikhlasan karena Allah lebih menguatkan hati dalam membina suatu hubungan... seberapa buruk perlakuan...seberapa pahit kekecewaan bila karena Allah ia akan dapat bertahan...
Keikhlasan akan mewarnai keimanan kita dalam meniti kehidupan yang fana ini...serahkan semuanya pada Allah...  berharaplah hanya padaNya...yakinlahlah pada takdirNya...  kekecewaan takkan pernah datang menghampiri.

Jembatan kasih sayang

Suatu siang,ada dua orang kakak beradik yang hidup disebuah desa. Entah karena apa akhirnya mereka jatuh kedalam suatu pertengkaran serius,dan ini pertama kalinya mereka bertengkar sedemikian hebatnya. Padahal selama lebih 40tahun mereka hidup rukun berdampingan,saling meminjamkan peralatan pertanian,bahu-membahu dalam usaha perdagangan tanpa mengalami hambatan. Namun kerjasama yang akrab itupun kini rusak. Dimulai dari kesalahpahaman yang kecil kemudian berubah menjadi perbedaan pendapat yang besar dan akhirnya meledak dalam bentuk caci-maki. Beberapa minggu berlalu mereka saling berdiam diri dan tidak bertegur sapa.

Suatu pagi,seseorang mengetuk rumah sang kakak,dan didepan pintu,berdiri seorang pria membawa sebuah kotak perkakas.

“Maaf tuan,sebenarnya saya mencari sebuah pekerjaan,barangkali tuan dapat memberi beberapa pekerjaan kepada saya untuk diselesaikan” kata pria itu dengan ramah.

“Ooo,,,kebetulan sekali,saya punya sebuah pekerjaan untukmu. Kau lihat rumah dilahan pertanian diseberang sungai sana? Itu adalah rumah tetanggaku,maksudku itu rumah adikku. Minggu lalu dia mengeruk bendungan dan mengalirkan airnya ketengah padang rumput itu,sehingga menjadi sungai yang memisahkan tanah kami. Barangkali dia melakukan itu untuk mengejekku,tapi aku akan membalasnya lebih setimpal. Nah,sekarang kau lihatlah disana ada setumpukan kayu? Aku ingin kau membuatkan pagar setinggi 10meter untuk ku,sehingga aku tidak perlu lagi melihat rumahnya.Pokoknya aku ingin melupakannya”.

“Ooo,,baik,saya mengerti maksud tuan,tapi mungkin tuan bisa mempersiapkan segala sesuatunya,terutama peralatan-peralatan untuk saya bekerja,karena saya akan mengerjakan sesuatu yang akan membuat tuan merasa senang”.

Kemudian sang kakak pergi ke kota,untuk belanja berbagai kebutuhan dan mempersiapkannya untuk situkang kayu. Setelah itu ia meninggalkan situkang kayu untuk bekerja sendirian. Sepanjang hari si tukang kayu bekerja keras, mengukur,menggergaji dan memaku. Dan disore harinya, ketika kakak petani itu kembali,tukang kayu itu baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Dan betapa terkejutnya ia melihat hasil kerja situkang kayu itu. Sama sekali tidak ada pagar kayu seperti yang dimintanya. Yang ada hanya sebuah jembatan kayu yang melintasi sungai dan menghubungkan kedua lahan pertanian itu. Jembatan itu begitu indah dengan undakan-undakan yang tertata rapi. Dan dari seberang sana,tiba-tiba terlihat sang adik bergegas berjalan menaiki jembatan itu dengan kedua tangan yang terbuka lebar.




“Kakak,kau sungguh baik hati,mau membuatkan jembatan ini,padahal sikap dan ucapanku telah menyakiti hatimu selama ini,maafkan aku ya kak” kata sang adik kepada kakaknya. Dua bersaudara itupun bertemu ditengah-tengah jembatan,saling berjabatan tangan dan berpelukan.

Melihat hal itu,tukang kayu pun membenahi perkakasnya dan bersiap-siap untuk pergi.

“Hey...jangan pergi dulu tukang kayu,tinggallah beberapa hari lagi,kami mempunyai beberapa pekerjaan untukmu”pinta sang kakak.

“Sesungguhnya saya ingin tinggal beberapa hari lagi disini bersama anda tuan, tapi masih banyak lagi jembatan-jembatan yang harus saya selesaikan untuk orang lain”.

Hm...hm..hm...ini akan berhasil bila yang dibuatkan jembatan merasa bahwa yang bikin jembatan bermaksud baik, tapi kalau sebaliknya malah curiga apa ia akan menjadi jembatan kasih sayang? Atau malah menjadi jembatan untuk memperuncing masalah? Namun demikian hubungan baik adalah suatu hal yang pantas untuk diusahakan. Jangan putus asa selalu ada cara untuk memperbaiki silahturahmi...yang penting tulus dan jangan lupa berdoa.

Saturday 2 April 2011

Kura-kura dan Kalajengking

Karena tak mampu berenang seekor kalajengking meminta kura2 agar memberinya tumpangan dipunggung untuk menyeberang sungai.

" Apa... kamu gila" teriak kura2 itu

" Kamu akan menyengatku pada saat aku berenang tentu saja aku akan tenggelam"

Kalajengking tertawa sambil menjawab.

"Ha..ha..ha kura2 yang baik jika aku menyengatmu tentu engkau akan tenggelam dan aku takkan ikut bersamamu...kalau begitu apagunanya?....Tenanglah...aku takkan menyengatmu karena itu kematianku juga kan?"

Untuk beberapa saat kura2 berpikir ttg logika dari jawaban si kalajengking.
Akhirnya ia berkata,"Ah...kau benar...baik ayolah naik ke punggungku"

Kalajengking naik ke punggung kura2 tadi,. Namun baru setengah jalan kalajengking menyengat kura2 dengan sengitnya. Sementara kura2 mulai tenggelam perlahan-lahan menuju dasar sungai dengan kalajengking diatasnya ia mengeram dengan pedih.

"Kalajengking kamu udah berjanji takkan menyengatku tapi sekarang kenapa kamu melakukan itu...Lihat sekarang kita sama2 celaka"

Kalajengking yang akan tenggelam itupun menjawab dengan sedih.

"Kura2 aku tak bisa menahan diri karena itu sudah tabiatku untuk menyengat"

Pelajaran yang dapat dipetik dari cerita diatas...pelajarilah karakter seseorang sebelum menjadikannya seorang teman. Karena peranan yang dimainkannya akan dapat mempengaruhi kehidupan kita. Teman bagaikan tombol lift yang bisa membuat kita naik atau sebaliknya.Teman yang baik akan mengajak kita pada yang baik pula atau sebaliknya

Selain itu ada beberapa pedoman yang berkaitan dengan mengapa kita begitu penting memilih seorang teman...

“Sesungguhnya perumpamaan teman yang baik (shalihah) dan teman yang jahat adalah seperti pembawa minyak wangi dan peniup api pandai besi. Pembawa minyak wangi mungkin akan mencipratkan minyak wanginya itu atau engkau menibeli darinya atau engkau hanya akan mencium aroma harmznya itu. Sedangkan peniup api tukang besi mungkin akan membakar bajumu atau engkau akan mencium darinya bau yang tidak sedap“. (Riwayat Bukhari, kitab Buyuu’, Fathul Bari 4/323 dan Muslim kitab Albir 4/2026)


Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu bahwa beliau mengatakan,
“Jangan engkau tanya tentang seseorang, tanyalah tentang temannya, karena setiap orang itu akan meneladani temannya.”

Bakr bin Abdullah Abu Zaid, ketika baliau berkata,” Hati-hatilah dari teman yang jelek …!, karena sesungguhnya tabiat itu suka meniru, dan manusia seperti serombongan burung yang mereka diberi naluri untuk meniru dengan yang lainnya. Maka hati-hatilah bergaul dengan orang yang seperti itu, karena dia akan celaka, hati- hatilah karena usaha preventif lebih mudah dari pada mengobati “ 

Ada pula orang yang berteman karena kepentingan Dien (agama), dalarn hal inipun ada yang karena ingin mengambil faidah dari ilmu dan amalnya, karena kemuliaannya atau karena mengharap pertolongan dalam berbagai kepentingannya. Tapi, kesimpulan dari semua itu orang yang diharapkan jadi teman hendaklah memenuhi lima kriteria berikut; Dia cerdas (berakal), berakhlak baik, tidak fasiq, bukan ahli bid’ah dan tidak rakus dunia. Mengapa harus demikian ?, karena kecerdasan adalah sebagai modal utama, tak ada kabaikan jika berteman dengan orang dungu, karena terkadang ia ingin menolongmu tapi malah mencelakakanmu. Adapun orang yang berakhlak baik, itu harus. Karena terkadang orang yang cerdaspun kalau sedang marah atau dikuasai emosi, dia akan menuruti hawa nafsunya. Maka tak baik pula berteman dengan orang cerdas tetapi tidak berahlak. Sedangkan orang fasiq, dia tidak punya rasa takut kepada Allah. Dan barang siapa tidak takut pada Allah, maka kamu tidak akan aman dari tipu daya dan kedengkiannya, Dia juga tidak dapat dipercaya. Kalau ahli bid’ah jika kita bergaul dengannya dikhawatirkan kita akan terpengaruh dengan jeleknya kebid’ahannya itu. (Mukhtasor Minhajul Qasidin, Ibnu Qudamah hal 99).


Hati2lah memilih teman...kehidupannya akan mempengaruhi kehidupan kita. Dan orang akan menilai kita dengan menilai siapa teman kita...baik temannya berarti baik pulalah ia...Makanya pilih teman itu perlu dan penting....kalau mau jadi orang sholeh cari teman yang sholeh juga...manalah mungkin mau jadi ustad temanan sama koruptor ya ndak nyambunglah....he..he..he..lama2 jadi koruptor juga akhir jadi ustad koruptor deh    ^_^


Friday 1 April 2011

Cinta dan Sang Waktu

Alkisah di suatu pulau kecil, tinggallah benda abstrak,yaitu Cinta, Kekayaan, Kecantikan, Kegembiraan dan Kesedihan . Mereka hidup berdampingan dengan baik, aman dan saling memerlukan. Namun pada suatu hari, badai datang menghempas pulau kecil itu dan air laut tiba-tiba naik dan akan menenggelamkan pulau itu. Semua penghuni di pulau itu segera berusaha menyelamatkan diri.

Cinta sangat bimbang karaea dia tidak pandai berenang dan tidak memiliki perahu. Ia berdiri di tepi pantai untuk meminta bantuan. Sementara itu air semakin naik membasahi kaki Cinta. Tidak lama kemudian kelihatan Kekayaan sedang mengayuh perahu.

"Kekayaan! Kekayaan! Tolonglah aku!" teriak Cinta.
"Ohh! Maafkan aku Cinta." kata Kekayaan. "Perahuku telah penuh dengan harta bendaku. Aku tak dapat membawamu bersama, nanti perahu ini akan tenggelam. Lagi pula tak ada tempat lagi untukmu di perahuku ini." Kemudian kekayaan cepat-cepat pergi

Cinta amat sedih sekali, namun kemudiannya dia melihat Kegembiraan melintasi di depannya dengan sebuah perahu.
"Kegembiraan! Tolonglah aku!" teriak Cinta. Oleh karena Kegembiraan terlalu gembira dia telah menemukan sebuah perahu, dia tidak lagi mendengar teriakan Cinta. Air semakin meninggi membasahi Cinta sampai ke pinggang dan Cinta semakin panik.

Tidak lama kemudian itu, lewatlah Kecantikan di depannya.
"Kecantikan! Bawalah aku bersamamu!" teriak Cinta.
"Wah, Cinta, lihatlah kamu  basah dan kotor. Aku tak bisa membawamu bersama. Nanti kamu akan mengotori perahuku yang indah ini." sahut Kecantikan. Cinta amat sedih mendengarnya.

Cinta mulai menangis terisak-isak. Ketika Cinta sedang menangis, tampak Kesedihan dengan perahunya.
"Ohh, Kesedihan, bawalah aku bersamamu," kata Cinta.
"Maaf, Cinta. Aku sedang bersedih dan aku ingin sendirian saja," kata Kesedihan sambil terus mendayung perahunya.

Cinta  putus asa. Ia merasa air semakin naik dan akan menenggelamkannya.Pada saat kritis itulah, tiba-tiba terdengar sebuah suara memanggilnya,
"Cinta! Mari cepat naik ke perahuku!"
Cinta menoleh ke arah suara itu dan melihat seorang tua berjanggut panjang memutih sedang mendayung perahunya. Cinta pun naik ke perahu itu, tepat sebelum air menenggelamkan tempat itu.

Di pulau terdekat, orang tua itu menurunkan Cinta dan segera pergi. Pada saat itu, baru Cinta sadar bahwa dia tidak mengetahui siapakah gerangan orang tua itu yang baik hati dan telah menyelamatkannya itu.
Cinta segera bertanya kepada seorang penduduk tua di pulau itu, siapa sebenarnya orang tua itu.
"Pak siapa orang tua tadi" tanya Cinta
"Oh, orang tua tadi, Dia ialah sang waktu!" kata orang itu.
Cinta pun bertanya lagi. "Tapi mengapa dia menyelamatkan aku? Aku tak kenal dia. Sedangkan kawan-kawan yang mengenaliku tidak mau menolongku." tanya Cinta keheranan.
"Hanyalah Waktu yang tahu betapa nilai sesungguhnya dari Cinta itu," kata orang penduduk itu.

Nilai cinta itu tak dapat diukur dengan kekayaan atau kecantikan...Cinta tak dapat diukur dari kegembiraaan ataupun  kesedihan yang telah ditimbulkannya....Namun dengan perjalanan waktu Cinta itu akan memperlihatkan keasliannya.Sejauh mana cinta itu dapat bertahan.