Latar Belakang
Dunia
anak merupakan saat yang menyenangkan , karena hanya berisi hal-hal yang
menyenangkan, membahagiakan dan ketenangan. Tapi pernahkan kita berfikir bahwa dunia
mereka kadang tidak seperti yang kita perkirakan. Kenyataan membuktikan bahwa
anak-anak bisa mengalami kondisi yang tidak menyenangkan dan mengganggu
kehidupannya seperti orang dewasa. Permasalahan-permasalahan yang dialami anak
bisa berasal dari diri sendiri maupun lingkungan, apabila kondisi ini berlarut
larut maka akan mengganggu perkembangan mental dan fisiknya.
Ketika
orang dewasa mengalami kondisi tertekan yang menyebabkannya stress umumnya
mereka bisa mengenali dan sering bisa mengatasinya dengan bermacam cara dan
depend mechanism. Namun apabila kondisi tertekan atau stress terjadi pada anak
yang belum bisa mengenali dirinya akan sangat berpengaruh pada perkembangan
psikologisnya. Maka orang dewasa dalam hal ini orang tua, guru atau
pembimbinglah yang bisa membantu mereka mengatasi kondisi ini, tentunya dengan
ijin ALLOH .
Stres mengacu pada sesuatu yang
timbul yang kita rasakan dala hidup kita
sehari-hari. Stres adalah motivasi yang kita butuhkan untuk bergerak, merupakan
suatu energy yang dapat kita gunakan secara efektif. Begitu banyaknya kegiatan
yang bisa kita lakukan namun apabila kita tidak bisa mengatasi maka hanya akan membuat kita tidak
nyaman dan menjadi tertekan. Stres kita ketahui sebagai interaksi antara
tuntutan lingkungan dengan ketrampilan individu
(Charles Spielberger.1979).
Tanda Dan Gejala stress pada anak.
Anak-anak yang sedang mengalami stress
mungkin tidak tahu bahwa mereka sedang berada dalam kondisi stres, sehingga
dibutuhkan peran orang tua untuk mengenali tanda-tanda stress pada anak.
Pengenalan tanda-tanda stress pada anak secara dini oleh orang tua sangat membantu
anak-anak untuk coping dengan situasi yang mereka alami. Namun, berbeda dengan
orang dewasa, gejala stres pada anak sangatlah tidak mudah untuk dikenali.
Secara umum gejala atau tanda-tanda
stres pada anak dapat dikelompokkan dalam beberapa katagori:
a)
gejala fisik: seperti ngompol, sulit tidur, menurunnya napsu makan,
gagap, sakit perut, sakit kepala, dan mimpi buruk,
b)
gejala emosi: ditandai dengan rasa bosan, tidak adanya keinginan untuk
berpartisipasi pada aktivistas di rumah maupun di sekolah, takut, marah,
menangis, kebiasaan berbohong, mengasari teman, atau memberontak terhadap
aturan-aturan, bereaksi secara berlebih-lebihan terhadap masalah-masalah yang
kecil, dan perubahan drastis dalam penampilan akademik;
c)
gejala kognitif: ditunjukkan melalui ketidakmampuan berkonsentrasi atau
menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan sekolah, dan suka menyendiri dalam waktu yang
lama;
d)
gejala tingkah laku: ditunjukkan dengan ketidakmampuan mengontrol emosi,
menunjukkan sikap brutal dan keras kepala, dan perubahan tingkah laku jangka
pendek seperti temperamen yang berubah-ubah dan perubahan dalam pola tidur,
munculnya kebiasaan-kebiasaan baru seperti mengisap jempol, memutar-mutar
rambutnya, atau mencubit-cubit hidung।
Sumber
Penyebab Stres pada Anak
Selain
mengenali dan memahami gejala stress pada anak, orang tua juga harus mengetahui
sumber-sumber penyebab stres pada anak. Mengetahui penyebab lebih awal akan
membantu kita untuk melakukan penanggulangan dampak dengan lebih baik.
1. Faktor
internal, seperti rasa lapar, rasa sakit,
sensitif terhadap suara gaduh, ribut, keramaian orang dan perubahan suhu.
2. faktor
eksternal yang meliputi faktor orang tua, keluarga, sekolah, teman atau
lingkungan anak tersebut.
Faktor
internal
Faktor ini berkaitan dengan kemampuan
fisik dan kesiapan mental anak menghadapi hal-hal yang bisa
membuatnya stress, sehingga anak perlu dibekali kesiapan menghadapi stres sejak
masa kecilnya agar anak dapat menikmati kebahagiaan masa kecilnya. Dalam
kondisi tertentu, rasa lapar dan rasa sakit seringkali memicu amarah si kecil,
uring-uringan dan marah-marah. Dorongan rasa lapar atau rasa sakit yang sangat
bisa membuatnya tidak mampu mengontrol emosi dan keinginan mengelurakan emosi
negatifnya sangat tinggi. Tidak terpenuhinya keinginan akan makanan tertentu
yang dia sukai atau rasa sakit yang tak kunjung hilang bisa membuatnya
meledak-ledak karena daya tahannya menurun, sehingga stres dengan mudah
menyerangnya. Perubahan iklim dan cuaca yang tidak menentu juga bisa membuat
kita stres karena kita sulit menyesuaikan diri. Anak-anak pun demikian,
sehingga hal ini berpengaruh terhadap semangat dan kemauannya. Banyak pula
anak-anak yang mengalami stres di keramaian orang, dengan suasana keributan dan
gaduh.
Faktor
eksternal
· Orang tua dan keluarga
Hubungan
kedua orang tua yang tidak harmonis, konflik rumah tangga, pertengkaran,
perceraian dan perubahan komposisi dalam keluarga bisa membuat anak-anak stres.
Misalnya, Ayah dan Ibu bercerai, lalu menikah lagi dan ia punya saudara tiri.
Hal ini sangat memberatkannya karena ia belum tentu bisa cepat beradaptasi dan
menerima kenyataan. Selain itu, adanya tuntutan orang tua terhadap anak untuk
selalu menjadi yang terbaik atau berprestasi akademik bagus bisa membuatnya
tertekan. Penting juga untuk diperhatikan bahwa sikap orang tua yang suka
melakukan labelling (seperti anak bodoh, anak nakal,dll.) atau
membanding-bandingkan antaranggota keluarga, seperti adik lebih pintar dari
kakak atau kakak lebih rajin daripada adik bisa menimbulkan stres pada anak.
Walaupun tujuannya untuk memotivasi, efeknya negatif terhadap psikologisnya
bisa sangat fatal karena anak bisa menjadi pribadi yang tidak percaya diri,
selalu merasa rendah dan gagal, serta tidak mandiri dan takut salah. Tujuan
yang baik harus disampaikan dengan cara yang baik dan bijaksana.
· Sekolah
Tugas
sekolah atau pekerjaan rumah (PR) yang bertubi-tubi dan bertumpuk, bisa membuat
anak kewalahan, lelah dan stres. Materi pelajaran yang terlalu banyak dan
padat, serta jam sekolah yang terlalu lama juga bisa menimbulkan stress. Di
samping itu, suasana belajar yang tidak nyaman dan metode
pembelajaran yang kurang efektif (kurang menyentuh aspek emosional/afektifnya)
bisa membuat anak sulit mengikuti dan menyesuaikan kemampuannya, sehingga
lama-lama anak menjadi malas, jenuh dan stres menghadapi pelajaran di sekolah.
Memaksakan anak mengikuti kegiatan les atau kursus tertentu yang tidak sesuai
dengan keinginannya juga bisa menimbulkan hal yang sama.
· Lingkungan
Meskipun
dunia anak dunia bermain, dalam praktiknya lingkungan bermain pun bisa
membuatnya stress. Pertengkaran yang berlanjut menjadi sebuah permusuhan hingga
terjadi kekerasan sesama teman (bulliying) bisa membuatnya takut bermain
di luar rumah dan enggan berteman karena anak merasa dijahati dan stres ketika
ia merasa tidak mampu melawan. Tayangan atau tontonan yang tidak mendidik,
menonjolkan kekerasan juga merupakan faktor yang perlu diwaspadai karena memicu
proses imitasi (meniru), serta berkembangnya emosi dan tingkah laku negatif,
seperti suka membentak, berkata-kata kotor, bersikap kasar, ketakutan, cemas
dan marah yang meledak-ledak. Selain itu, kehilangan sesuatu yang berharga pun
misalnya mainan atau hewan kesayangan, serta kehidupan sehari-hari yang cepat
berubah dan tidak teratur (dengan baik) bisa menyebabkan stres.
Dampak
Stress Pada Anak-anak
·
Dampak
positif misalnya pada saat mengikuti kejuaraan tertentu dan mengendarai sepeda
dan ini adalah yang sangat normal terjadi terutama pada anak-anak.
·
Dampak negatif,
dampak yang terjadi tergantung dari usia anak saat itu dan kuat serta
potensialnya tekanan tersebut.
Melatih si kecil menghadapi stres
Stres yang dialami si kecil bisa
berawal dari hal-hal yang kita anggap biasa, seperti berebut mainan dengan temannya,
cara dan ekspresi kita saat menegurnya atau tugas sekolah. Jika ia stres dengan
hal tersebut, maka ia akan mengalami kegelisahan. Hal ini bisa berlarut-larut
jika kita biarkan. Ketika si kecil menunjukkan gejala-gejala stres bahkan
depresi, segera dekati dan ajak ia bicara, dan tanyakan penyebabnya dengan cara
yang tidak membuatnya merasa diserang atau dipaksa. Mulailah berbicara, ngobrol
sebagai sahabat sekaligus orang tuanya untuk menyiapkan kemungkinan
mengeliminasi penyebab kegelisahannya dan mengatasinya. Orang tua bisa
mengajarkan anak berlatih menghadapi dan mengurangi kadar stres dengan
relaksasi ringan ala Michele Borba, pengarang Big Book of Parenting
Solution seperti dilansir kompas.com berikut ini.
· Melatih pernapasan
Ajarkan
si kecil untuk meniupkan kekhawatirannya lewat hembusan napas. Ajar mereka
untuk melakukan gerakan seakan meniup balon yang ada di dalam perutnya. Gerakan
ini dimaksudkan agar si kecil menghirup napas yang dalam, tahan hingga 3
hitungan, lalu hembuskan sambil mengeluarkan suara “aaaa”. Letakkan telapak
tangan si kecil pada perutnya untuk ia merasakan napasnya yang masuk ke dalam
perutnya. Seringnya si kecil bernapas dengan dada dengan gapah, bukan dengan
perutnya. Mengambil napas dalam-dalam dan perlahan adalah cara termudah untuk
meredam stres dan membiarkan kekhawatiran mereda.
· Membiarkan ketegangan melayang
Coba
minta anak Anda untuk menegangkan setiap otot pada tubuhnya dan kaku seperti
kayu, sehingga setiap tulang pada tubuhnya tegang. Tunggu beberapa saat, lalu
dalam hitungan cepat, minta ia untuk membuat tubuhnya sangat lunglai. Saat ini
dilakukan berulang kali, ia akan mengetahui cara membuat tubuhnya relaks.
Ketika ia sudah mengenali tubuhnya sendiri, ia bisa menyadari bagian-bagian
mana pada tubuhnya yang terasa kaku ketika ia sedang dalam tekanan (stres),
entah itu lehernya, pundaknya, atau rahangnya. Ketika salah satu bagian pada
tubuhnya menegang akibat stres, minta ia untuk menutup matanya, berkonsentrasi
pada titik tersebut, buat bagian tersebut menegang selama 4 detik, lalu
lemaskan. Saat melakukan teknik ini, minta ia untuk membayangkan stres dan
kekhawatirannya terbang mengawang dari atas kepalanya dan jari-jari kakinya
hingga ia benar-benar merasa tenang dan kalem.
· Kata-kata positif untuk tetap tenang
Ajarkan
si kecil untuk mengucapkan kata-kata penguat di dalam kepalanya untuk
mengurangi ketegangan. Seperti “Tenang”, “Aku Pasti Bisa”, “Gampang”.
· Tempat nyaman
Coba
tanyakan pada si kecil, di mana ia biasa merasa sangat tenang. Misal; pantai,
ranjangnya, rumah kakek, atau tempat bermainnya yang lain. Ketika ia merasa
sangat tegang, mintalah ia untuk menutup matanya dan membayangkan lokasi tadi
sambil bernapas perlahan.
· Formula 1 + 3 + 10
Katakan
pada si kecil, ketika ia mulai merasakan tubuhnya tegang karena ada rasa
tertekan, ajarkan ia formula 1+3+10. Pertama, angka 1 merupakan ucapan ia dalam
hatinya untuk “tenang”. Selanjutnya, angka 3 melambangkan banyaknya napas
perlahan dan mendalam yang harus ia hirup dan hembus dari perutnya. Sementara
angka 10, merupakan hitungan yang di dalam kepalanya. Tempelkan formula ini di
kamarnya atau di lemari es agar ia terus mengingat formula tersebut.
· Kotak pembasmi stres
Tak
ada cara yang benar maupun salah dalam mengurangi tingkat stres. Kuncinya
hanyalah menawarkan pilihan agar si kecil bisa memilih apa yang terbaik
untuknya. Ketika ia sudah menemukan penghilang stresnya sendiri, ia harus terus
melatihnya hingga ia bisa menghapuskan stresnya sendiri. Keluarga bisa
menciptakan kotak pembasmi stres. Isi kotak tersebut dengan alat-alat pembasmi
stres. Misal, kertas kosong dan pensil (untuk menggambar stres yang pergi
menjauh), bola remas, lilin mainan atau tanah liat untuk dibentuk, mp3, atau cd
relaksasi. Isi kotak ini bisa digunakan tiap ada anggota keluarga yang merasa
stres atau tertekan.
· Relaksasi dan pernapasan dengan yoga
Saat
ini latihan yoga sudah sangat bervariasi dan bisa diikuti oleh siapa pun,
termasuk anak-anak. Coba ikuti kelas yoga bersama si kecil agar ia bisa belajar
melatih pernapasan. Atau belilah DVD yoga untuk berlatih bersama di rumah.
Menanggulangi
stres yang dialami anak
Selain
tindakan mencegah, melatih dan mengendalikan stres, sebagai orang tua,guru atau
pembimbing, kita juga harus mau dan mampu menanggulanginya agar stres yang
dialami anak tidak berlarut-larut dan berkepanjangan menjadi depresi. Kita bisa
melakukan beberapa hal berikut berkaitan dengan menjaga kondisi fisik,
stabilitas emosi dan menciptakan lingkungan yang nyaman.
· Berikan anak asupan nutrisi yang baik dan bergizi agar
kondisi badannya tidak melemah. Atur pola istirahatnya dengan tidur cukup agar
sel-sel otaknya bisa rileks dan memacu pertumbuhan hormon-hormon pembangkit mood juga semangat. Kedua hal ini sangat
membantu kestabilan tenaga dan emosi anak-anak dalam menghadapi stress.
· Luangkan dan ciptakan quality time untuk anak. Manfaatkan sesempit apapun
waktu untuk berkomunikasi dengan anak setiap hari. Tanyakan kondisi anak,
dengarkan ketika ia bercerita mengutarakan masalah yang sedang dihadapinya,
berikan respon positif dan biarkan ketika ia menuliskan apa yang dipikirkan dan
dirasakannya dengan menulis diary. Hal ini akan membantu mengurangi kadar stres
bakan bisa mengobatinya karena ia merasa sangat berarti bagi orang tuanya.
· Ciptakan suasana nyaman di rumah dan siapkan lingkungan yang
mendukung bagi perkembangan anak, sehingga ia dapat bermain, berimajinasi, mengembangkan kreativitasnya, serta
mengekpresikan bakat seninya, seperti bermusik, menggambar, menulis, menari dan
berkerasi dengan kertas atau tanah liat. Seni-seni seperti ini bisa menjadi
terapi kecerdasan dan kesehatannya.
· Bantulah si kecil untuk belajar mengidentifikasi bermacam
strategi penanggulangan stres. Misalnya, mengajarkannya cara meminta
pertolongan jika ada seseorang yang mengganggunya, mengajarinya bersikap
terbuka dengan mengatakan apa yang disukai dan tidak disukainya atau
meninggalkan orang yang bisa menganggu kenyamanannya
· Berikan anak pengetahuan dan pengertian untuk mengenal emosi,
menamai bentuk-bentuk emosi atau perasaannya, serta menerima dan
mengekspresikannya dengan tepat. Hal ini dapat membantunya mengelola emosi dan
menyalurkan stresnya
· Ajarkan anak untuk mentransfer strategi pengendalian stres
dengan mengalihkannya kepada situasi yang lain, misalnya membayangkan
tempat-tempat yang disukai untuk dikunjungi dan menghayal mengunjungi
tempat-tempat tersebut. Hal ini juga befungsi sebagaai langkah melatih anak
menghadapi stres.
· Berikan pujian yang logis dan wajar setiap kali mereka
melakukan hal-hal yang baik. Pelukan hangat atau ciuman sayang bisa dilakukan
agar mereka merasa dihargai dan dicintai, sehingga ketika ia mengalami stres ia
tidak akan merasa dirinya benar-benar “hilang” dan tak berguna. Ia akan merasa
memiliki orang yang siap mendukungnya dan mempercayai orang tuanya.
· Ciptakan dan gunakan humor-humor segar untuk mencairkan
kegelisahan dan kesedihannya akibat stres. Ajaklah ia menonton tayangan komedi
yang baik, yang bisa membuatnya tertawa lepas. Humor bisa menjadi penyangga perasaan dari
situasi yang kurang baik, dan tertawa senang bisa meningkatkan mood-nya. Selain
itu, humor juga baik untuk menjaga persepsi anak tentang hidup dan permasalahannya.
Anak bisa memandang masalah yang dihadapinya dengan sisi humornya, sehingga ia
tidak terbelenggu stres.
· Berikanlah contoh dan teladan yang baik kepada mereka
sehingga mereka akan meniru tingkah laku orang tuanya. Tunjukkan kepada mereka
keahlian untuk mengontrol pengendalian diri dan keahlian untuk mengendalikan
stress. Dengan melihat hal ini akan memberikan keuntungan bagi mereka karena
nantinya mereka akan mampu mengendalikan stress mereka secara baik.
· Cari informasi mengenai penanggulangan stres pada anak
melalui media massa, seperti televisi, koran, majalah, dan internet. Saling
berbagi pengalaman mengasuh anak dan bertukar pikiran mengenai masalah
anak-anak dengan teman atau sahabat sangat bermanfaat untuk menambah wawasan
mengenai penanggulangan stres. Jika masalah yang dihadapi terlalu berat untuk
dihadapi sendiri, jangan segan untuk mengajak anak berkonsultasi dengan ahli
atau para profesional.
· Tanamkan dan ajarkan nilai-nilai agama pada anak sejak dini.
Sebaik-baik tempat berkeluh kesah dan mengembalikan masalah adalah Allah SWT.
Ajaklah si kecil untuk membiasakan diri beribadah dan berdoa untuk menumbuhkan
kebutuhan spiritual dalam dirinya, serta mengembangkan kecerdasan spiritualnya
dalam menghadapi stres yang ia alami. Kelak, pembelajaran dan pendidikan
seperti ini bisa membentengi mental dan jiwanya dari keterpurukan saat
menghadapi masalah karena ia mempercayai dan meyakini kekuatan Tuhan.
Sumber :http://tkbintangkusolo.blogspot.com/2012/01/strees-pada-anak-bagaimana-mengenali.html