Labels

Monday 5 December 2011

Melalui hidup yang lebih bermakna

Ini kisah tentang seorang guru yang berambisi menjadi kepala sekolah. Ia hanya butuh waktu setahun untuk beradaptasi dengan pekerjaannya yang baru yaitu sebagai pengajar. Selanjutnya, ia terbenam dalam rutinitas sehari-hari. Beberapa tahun kemudian, ia merasa bahwa waktu yang dilaluinya selamanya ini telah cukup memadai untuk bekal menjadi seorang kepala sekolah. Mulailah dari tahun ke tahun ia melamar setiap kali mendengar lowongan kepala sekolah terbuka di kotanya ia akan mengejar sampai dapat. Namun, setiap kali melamar ia selalu gagal dan gagal.

Tak terasa sudah 15 tahun tahun ia menjadi guru dan sudah lebih 8 kali ia melamar menjadi kepala sekolah, tetapi entah mengapa akhirnya gagal juga. Kenyataan pahit ini membuatnya gusar dan sakit hati. Seorang guru lain yang menurutnya hanya berpengalaman 7 tahun berhasil mendapatkan  posisi yang ia dambakan.

Dengan marah, ia menelepon ketua yayasan sekolah yang bersangkutan.

"Aneh sekali kalau anda menerima orang tersebut, bukan saya cemoohnya. Anda perlu ingat bapak, bahwa saya lebih senior dan pengalaman saya bekerja jadi guru sudah 15 tahun sementara ia baru  7 tahun."

"Oh, anda keliru sekali bapak, ketua yayasan menanggapi dengan santai. Ingat bapak, memang ia berpengalaman 7 tahun, sementara anda hanya satu tahun, yang diulang sebanyak 15 kali, itu berbeda bapak."

Hidup tidak diukur dari berapa lama kita berjalan tapi dari isi dan  kualitas yang kita lakukan. Isi dan kualitas hidup kita dilihat dari banyaknya orang yang berinteraksi dengan  kita, banyaknya buku yang telah terbaca atau banyaknya ilmu yang telah diperolehnya dan sebanyak apa kita bisa mengambil pelajaran dari setiap langkah kehidupan kita. Bila 3 hal itu tidak mengalami perubahan akan menyebabkan kita hidup dari tahun ketahun hanya mrnjadi orang yang sama, hanya melakukan pengulangan2 saja.