Labels

Saturday 19 May 2012

Pake acara bohong segala, jujur aja laaa, susah amat hahay...


Bohong adl sesuatu yg ringan dan mudah dikerjakan tapi berat pertanggungjawabannya. Itulah kenyataan sehari2 yang sering berlaku ditengah2 kita. Tapi apakah benar akan terasa ringan bila kita betul2 beriman? Malah sebaliknya saat kita berbohong hati nurani kita akan memberontak dan terasa sangat berat untuk melakukannya.

Dan sesungguhnya BOHONG adalah salah satu penyimpangan akhlaq & merupakan prilaku yg buruk.
Sebagaimana Rasulullah shallallahu`alaihi wasallam bersabda:
”Tidaklah ada akhlaq yang lebih dibenci oleh Rasulullah shallallahu`alaihi wasallam daripada dusta…”
(Shahih, lihat Silsilah ash-Shahihah 2052)

Kemudian Rosululloh shallallohu`alaihi wasallam pun bersabda :
”Jauhilah oleh kalian dusta, karena dusta menjerumuskan kepada perbuatan dosa dan perbuatan dosa mejerumuskan kepada Neraka.Dan sesungguhnya seseorang berdusta dan membiasakan diri dengannya sehingga dicatat di sisi Allah sebagai “Kadzdzab”.Dan hedaklah kalian bersikap jujur,karena kejujuran menunjukkan kepada kebaikan, dan kebaikan menunjukkan kepada Surga.Dan sesungguhnya seorang laki-laki bersikap jujur dan bersungguh-sungguh untuk jujur, sehingga dicatat di sisi Allah sebagai ”Shiddiq.
(Shahih, riwayat Imam al-Bukhari dan imam Muslim dengan sedikit perbedaan redaksi. Lihat Mukhtashar Shahih Muslim 1809, Shahih al-Jami’ 4071)

Dan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
”Kecelakaan yang besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdusta.” (QS. Al-Jatsiyah: 7)
Dusta memang haram dan tidak diperbolehkan,hanya saja ada kondisi-kondisi tertentu di mana saat itu diperbolehkan.Kondisi itu di mana manfaat/ maslahat yang didapatkan dari dusta lebih besar daripada bahaya/mudharat yang ditimbulkan,maka saat itu pelakunya tidak tercela di hadapan manusia karena kedustaan di situ adalah kebaikan bukan sebuah keburukan dan sebagai bentuk perbaikan bukan perusakan.

Telah bercerita kepada kami Sa’id bin Talisd ar-Ru’ainiy telah mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb berkata telah mengabarkan kepadaku Jarir bin Hazim dari Ayyub dari Muhammad dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Nabi ibrahim ‘Alaihissalam tidak pernah berbohong kecuali tiga kali saja. [HR Imam Bukhari]

Kondisi-kondisi yg diperbolehkan ketika berbohong adalah sebagaimana yang disebutkan dalam hadits berikut:
Tidak dibenarkan berdusta kecuali dalam tiga hal : ”Seorang laki-laki yang berbicara kepada istrinya,dusta dalam peperangan dan dusta untuk memperbaiki hubungan manusia (yang sedang berseteru).
(HR.At-tirmidzi dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani rahimahullah)

Diriwayatkan dari Ummu Kultsum binti Uqbah, beliau mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bukan seorang pendusta, orang yang berbohong untuk mendamaikan antar-sesama manusia. Dia menunbuhkan kebaikan atau mengatakan kebaikan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dusta seorang suami kepada istri disini bertujuan utk memperbaiki hubungan atau utk menyenangkan hati. Dengan batasan....Al-Hafidz ibnu hajar mengatakan,“Ulama sepakat bahwa yang dimaksud bohong antar-suami istri adalah bohong yang tidak menggugurkan kewajiban atau mengambil sesuatu yang bukan haknya.” (Fathul Bari, 5:300)

Selain tiga hal diatas tak ada kebolehan melakukan kebohongan. Kejujuran adalah suatu keutamaan  dan berdusta selain akan merusak sendi2 kehidupan,  kita akan tercatat sebagai pendusta yang akan bertempat dineraka. Meninggalkan dusta adalah utama walau itu hanya senda gurau.

“Tidak sempurna iman seseorang sampai ia meninggalkan kebohongan ketika bercanda dan meninggalkan perdebatan meski ia pada posisi yang benar” (HR. Ahmad dan Ath Thabrani)

“Celakalah bagi orang yang berbicara lalu berdusta supaya dengannya orang banyak jadi tertawa. Celakalah baginya dan celakalah” (HR. Ahmad, hasan)

“Berpegangteguhlah pada kejujuran karena kejujuran membawa kebaikan dan kebaikan itu membawa kepada surga. Dan sesungguhnya seseorang senantiasa berbuat jujur dan memilih kejujuran hingga ia dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan hati-hatilah kamu terhadap kedustaan karena kedustaan membawa kejahatan dan kejahatan itu membawa kepada neraka. Dan sesungguhnya seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan hingga dicatat di sisi Allah sebagai seorang pendusta“ [HR. Bukhari no. 6094 dan Muslim no. 2607].

Bahkan dalam bercanda sekalipun kata bohongpun tak boleh terucap dan Allah menjanjikannya dg sebuah rumah disorga bagi orang yang meninggalkan dusta :
“Aku akan menjamin sebuah rumah di tepi surga bagi siapa saja yang meninggalkan perdebatan meskipun dia yang benar. Aku juga menjamin rumah di tengah surga bagi siapa saja yang meninggalkan kedustaan walaupun dia sedang bergurau. Dan aku juga menjamin rumah di surga yang paling tinggi bagi siapa saja yang berakhlak baik.” (HR. Abu Daud no. 4800 dan dinyatakan hasan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 1464

Akan tetapi, ada beberapa hal yang dikecualikan dimana orang yang jujur malah tidak mendapat sanjungan sebagaimana di atas.

1. Ghibah
 “Apakah kalian tahu apa ghibah itu ?” Para shahabat menjawab : ”Allah dan Rasul-Nya lebih tahu”. Beliau bersabda : ”Jika kamu menyebut saudaramu tentang apa yang ia benci, maka kamu telah melakukan ghibah”. Beliau ditanya : ”Bagaimana jika sesuatu yang aku katakan ada pada saudaraku?” Beliau menjawab : ”Bila sesuatu yang kamu bicarakan ada padanya maka kamu telah melakukan ghibah, dan apabila yang kamu bicarakan tidak ada maka kamu telah membuat kebohongan atasnya “
[HR. Muslim no. 2589, Abu Dawud no. 4874, At-Tirmidzi no. 1934, Ahmad 2/230, Ad-Darimi no. 2717]

2. Namimah (mengadu domba)
”Bahwasannya di antara keduanya terdapat perbedaan, dan di antara keduanya terdapat sisi keumuman dan kekhususan. Karena namimah adalah menukil keadaan seseorang untuk disampaikan kepada yang lain dengan tujuan membuat kerusakan tanpa keridlaannya, baik ia tahu atau tidak tahu. Sedangkan ghibah adalah menyebut tentang seseorang tanpa kehadiran orang yang disebut dengan sesuatu yang tidak diridlainya. Maka namimah itu terbedakan dengan adanya tujuan untuk merusak, dan ini tidak disyaratkan dalam ghibah. Dan ghibah sendiri terbedakan dengan ketidakhadiran orang yang dibicarakan. Keduanya memiliki sisi kesamaan dalam hal yang selain itu. Di antara ulama ada yang mensyaratkan tentang ghibah, keharusan orang yang dibicarakan tidak ada di tempat. Wallaahu a’lam” [Fathul-Bari, 10/
473; Daarul-Ma’rifah, Beirut]

3. Menyebarkan Rahasia
Menyebarkan rahasia adalah satu kejujuran yang sangat tercela dan merupakan bukti pengkhianatan dari pelakunya. Ia merupakan satu sikap khianat terhadap amanah.






No comments:

Post a Comment