Untuk melengkapi pengetahuan dalam mendidik anak hal ini termasuk hal penting diketahui oleh kita sebagai orang tua untuk hati2 berinteraksi dengan anak2. Anak2 bukan sekedar masa depan di dunia tp juga diakhirat. Masalah anak adalah masalah penting untuk dibahas.
Dalam dunia pendidikan anak ada istilah child abuse. Wacana sederhana bukan hanya dibahas para mahasiswa
ilmu sosial dan psikologi tp juga perlu dibahas bagi kita orang tua.Ternyata sebuah kenyataan yang
mempengaruhi masa depan generasi bangsa dan pribadi sebagai makhluk
Tuhan yang berharga. Ini bukan sesuatu yang sepele tetapi concern
yang penting. Ya, ini menyangkut sebuah humanisme dan hak yang tanpa
sadar diregut oleh kebiasaan dan budaya turun temurun, dan mereka
mengatasnamakannya dengan kata “disiplin”. Disiplin yang terseleweng ini
menyebabkan trauma masa kecil.
Pernah mendengar kiprah Adolf Hitler? Sang Pembunuh berdarah dingin
dengan bendera NAZI-nya mencatat sejarah yang suram bagi Jerman. Semasa
kecil Hitler adalah seorang anak yang tertolak, ayahnya sangat
membencinya dan menganggap perilakunya yang “antisosial” itu sebuah
kutukan karena Ayah Hitler mengawini keponakannya sendiri.
Pernah juga mendengar tokoh bernama Mao Tse Tung?. Mao kecil pernah
bersekolah di sekolah yang didirikan oleh para missionaris dari Eropa,
karena suatu hal Mao dimaki oleh salah satu Pastor dengan makian yang
rasialis “anjing kuning!” dan mulai saat itu Mao tidak pernah kembali ke
sekolah itu. Membenci kaum agamawan. Kemudian menjadi pemimpim komunis
terbesar di China, juga menjadi pembunuh massal, jutaan kaum terpelajar
dan seniman tewas dibunuh dan dihukum kerja paksa dalam Revolusi
Kebudayaan 1965. Nggak kalah sadis dengan Hitler ya
Ada hal yang harus kita pahami bahwa, jangan pernah meremehkan
“dendam masa kecil”. Sebuah dendam masa kecil dan luka-batin; inilah
bahayanya jika itu dialami oleh seorang pemimpin! Satu tokoh lagi yang
tidak asing bagi kita, The King of Pop, Michael Jackson. Luka batinnya
akibat child abuse yang dilakukan ayah kandungnya, Joseph
Jackson, justru lebih serius ketimbang sakit fisiknya. Lirik lagu yang
diciptakannya, operasi plastik kulit berkali-kali menyatakan
ketidakpercayaan dirinya, hingga ketergantungannya pada narkotika
menunjukkan depresi semasa hidupnya.
Perlakuan Salah Pada Anak
Banyak orang menafsirkan child abuse sebagai kekerasan pada anak, padahal pengertian child abuse itu tidak hanya kekerasan pada anak namun lebih tepatnya adalah perlakuan salah pada anak. Akan tetapi banyak juga yang tidak menyadari perlakuan yang dilakukan kepada anak-anak itu dikategorikan child abuse.
Child abuse (perlakuan salah terhadap anak) memang bukan perkara sederhana. Child abuse
adalah sebuah tragedi dalam kehidupan. Luka fisik bisa terobati, tetapi
luka batin meninggalkan jejak panjang seumur hidup yang mau tidak mau
membutuhkan bimbingan yang akurat. Child abuse sebagai bagian
kekerasan dalam rumah tangga bisa mengakibatkan banyak parut gangguan
emosional. Pribadi korban menjadi rapuh, citra diri yang buruk, marah,
sedih, bingung, penuh kecemasan, depresi, dan lainnya.
Anak-anak sering jadi sasaran kemarahan dan kejengkelan orangtua.
Jika sang ayah sedang marah, tidak jarang anak ditendang dan
ditempeleng. Uniknya hampir tidak ada reaksi berarti dari orang lain
(tetangga) atau sanak family terhadap perlakuan kasar itu. Para tetangga
menilai, persoalan kekerasan terhadap anak yang dilakukan orangtuanya
adalah urusan intern mereka. Itu juga dilakukan dalam rangka “mendidik”
anak-anaknya yang dianggap “nakal”.
Saya sendiri adalah produk dari child abuse dimasa kecil.
Ayah saya sangat keras, suka menggunakan kekerasan dengan pukulan dengan
media kayu/sapu serta makian-makian yang menyakitkan. Jika saya malah
menangis dan mengatakan sesuatu, beliau akan menghajar lebih keras lagi.
Sebagai anak saya diharuskan diam sebagai pertanda tidak melawan. Ayah
saya sangat bangga menceritakan pada orang lain bahwa dia memperlakukan
anak-anaknya dengan didikan keras. “kalau mereka ga dengarkan saya, saya
hantam/tempeleng dia”, begitu yang ia sampaikan ke teman-teman dan
saudaranya. Perkataan ini semakin menyakitkan saya.
Permasalahannya sebuah tindakan yang dikategorikan child abuse
dalam masyarakat tertentu boleh jadi pada masyarakat yang lain dianggap
sebagai hal yang lazim, bahkan suatu keharusan untuk tujuan-tujuan yang
secara budaya dibenarkan seperti untuk kedisiplinan. Latar belakang
keluarga ayah saya memang berasal dari budaya yang cukup keras dalam
mendidik anak-anaknya. Pada budaya tertentu, tindak kekerasan terhadap
anak acap bisa diterima sebagai upaya mendapatkan kepatuhan anak. Nilai
keluarga yang berkembang dalam masyarakat adalah bila anak-anaknya patuh
kepada orangtua. Anak yang nakal, apalagi membangkang dalam banyak hal,
dipandang sebagai cerminan citra buruk orangtua (keluarga). Untuk
mencegahnya, beberapa orangtua tidak segan-segan melakukan tindak
kekerasan.
Apakah anda tanpa menyadari melakukan/mengalami child abuse? Berikut ini jenis-jenisnya:
#Kekerasan Fisik/Physical Abuse
• Jewer telinga, menampar dan cubit
• Memukuli dengan tangan kosong, ikat pinggang, sapu, papan, dompet, tali, dll
• Melempar anak ke tempat tidur, tembok, tangga, dll
• mengurung anak ke tempat tidur, toilet, dll
• lain-lain
Diabaikan/neglect
Jika anak diabaikan dengan dibiarkan sendirian
di tempat tidurnya atau ditinggal sendirian selama berhari-hari dengan
sedikit atau tanpa makanan yang sehat.
#Kekerasan Emosional/Emotional Abuse
Emotional abuse memang tidak
meninggalkan bekas luka fisik tapi meninggalkan bekas luka yang sangat
dalam pada mental anak. Kata-kata kasar yang sering diucapkan seorang
dewasa kepada seorang anak dianggap sebagai emotional abuse, seperti
marah atau ngomel dengan perkataan kasar dan merendahkan anak ketika
sang anak nilai ulangannya kalah bagus dengan anak yang lain: “Bodo
banget to kowe?”, “dasar anak jorok!”, “Koyo ngono ae ora iso”, “Dikasih
tau gak ngerti-ngerti juga”, “Tidak punya otak, ya!”, ” Mau jadi apa
kamu kalau sudah besar?’.
Percayalah, setiap perlakuan salah yang anda lakukan terhadap anak
akan menorehkan goresan luka. Luka itu akan terus terasa sakit bahkan
sampai si anak tumbuh dewasa. Saya merasakan itu, mungkin anda juga
pernah merasakannya. Hentikan child abuse walaupun itu hanya
ucapan-ucapan yang negatif, gunakan selalu kata-kata positif karena itu
akan menambah rasa percaya diri anak!
Pola asuh masa kanak-kanak
Dikatakan oleh Bpk. Pepen Ali, SH di PsycoFamilly (23/3) ada 2 cara
yang biasa diterapkan oleh orang tua dalam mendidik anaknya.
Pertama,
yakni pola asuh Fotokopi, yang artinya si orangtua menerapkan apa yang
pernah dia rasakan semasa kanak-kanak, apabila pernah merasakan
kekerasan dari orang tuanya maka ini lah yang akan diturunkan ke
anaknya.
Kedua yakni pola asuh balas dendam, yang artinya bertolak
belakang dari yang pernah dirasakan, misalkan dulu merasakan kekerasan
namun pada saat mendidik anak nya sekarang akan memberikan kasih sayang
lebih agar si anak tidak merasakan hal yang sama seperti si orangtua
semasa muda.
Namun dari kedua poin ini tidak boleh terlalu berlebih karena akan
menimbulkan efek negatif bagi si anak, anak akan cenderung manja dan
bergantung pada oranglain dan tidak bisa mandiri menghadapi permasalahan
bagi penerap pola Balas Dendam. Namun untuk pola fotokopi efeknya si
anak akan memiliki dwikepribadian disatu sisi baik, disisi lain seperti
pembunuh. Maka dari itu sebagai orang tua jangan jadikan anak sebagai
media balas dendam, namun jaga dan sayangilah anak kita agar menjadi
sosok yang baik di masa depan nya.
Sumber : http://t1r4.wordpress.com/2012/08/05/anak-anak-masa-kecil-abuse/ , http://www.trijayafmplg.net/program/psycho-family/2012/02/efek-trauma-masa-kecil-orang-tua-pada-pola-asuh-anak/
No comments:
Post a Comment