Labels

Sunday 23 December 2012

Trauma masa kecil dalam sebab akibat

Untuk melengkapi pengetahuan dalam mendidik anak hal ini termasuk hal penting diketahui oleh kita sebagai orang tua untuk hati2 berinteraksi dengan anak2. Anak2 bukan sekedar masa depan di dunia tp juga diakhirat. Masalah anak adalah masalah penting untuk dibahas.

Dalam dunia pendidikan anak ada istilah child abuse.  Wacana sederhana bukan hanya dibahas para mahasiswa ilmu sosial dan psikologi tp juga perlu dibahas bagi kita orang tua.Ternyata sebuah kenyataan yang mempengaruhi masa depan generasi bangsa dan pribadi sebagai makhluk Tuhan yang berharga. Ini bukan sesuatu yang sepele tetapi concern yang penting. Ya, ini menyangkut sebuah humanisme dan hak yang tanpa sadar diregut oleh kebiasaan dan budaya turun temurun, dan mereka mengatasnamakannya dengan kata “disiplin”. Disiplin yang terseleweng ini menyebabkan trauma masa kecil.

Pernah mendengar kiprah Adolf Hitler? Sang Pembunuh berdarah dingin dengan bendera NAZI-nya mencatat sejarah yang suram bagi Jerman. Semasa kecil Hitler adalah seorang anak yang tertolak, ayahnya sangat membencinya dan menganggap perilakunya yang “antisosial” itu sebuah kutukan karena Ayah Hitler mengawini keponakannya sendiri.

Pernah juga mendengar tokoh bernama Mao Tse Tung?. Mao kecil pernah bersekolah di sekolah yang didirikan oleh para missionaris dari Eropa, karena suatu hal Mao dimaki oleh salah satu Pastor dengan makian yang rasialis “anjing kuning!” dan mulai saat itu Mao tidak pernah kembali ke sekolah itu. Membenci kaum agamawan. Kemudian menjadi pemimpim komunis terbesar di China, juga menjadi pembunuh massal, jutaan kaum terpelajar dan seniman tewas dibunuh dan dihukum kerja paksa dalam Revolusi Kebudayaan 1965. Nggak kalah sadis dengan Hitler ya

Ada hal yang harus kita pahami bahwa, jangan pernah meremehkan “dendam masa kecil”. Sebuah dendam masa kecil dan luka-batin; inilah bahayanya jika itu dialami oleh seorang pemimpin! Satu tokoh lagi yang tidak asing bagi kita, The King of Pop, Michael Jackson. Luka batinnya akibat child abuse yang dilakukan ayah kandungnya, Joseph Jackson, justru lebih serius ketimbang sakit fisiknya. Lirik lagu yang diciptakannya, operasi plastik kulit berkali-kali menyatakan ketidakpercayaan dirinya, hingga ketergantungannya pada narkotika menunjukkan depresi semasa hidupnya.

Perlakuan Salah Pada Anak

Banyak orang menafsirkan child abuse sebagai kekerasan pada anak, padahal pengertian child abuse itu tidak hanya kekerasan pada anak namun lebih tepatnya adalah perlakuan salah pada anak. Akan tetapi banyak juga yang tidak menyadari perlakuan yang dilakukan kepada anak-anak itu dikategorikan child abuse.

Child abuse (perlakuan salah terhadap anak) memang bukan perkara sederhana. Child abuse adalah sebuah tragedi dalam kehidupan. Luka fisik bisa terobati, tetapi luka batin meninggalkan jejak panjang seumur hidup yang mau tidak mau membutuhkan bimbingan yang akurat. Child abuse sebagai bagian kekerasan dalam rumah tangga bisa mengakibatkan banyak parut gangguan emosional. Pribadi korban menjadi rapuh, citra diri yang buruk, marah, sedih, bingung, penuh kecemasan, depresi, dan lainnya.
Anak-anak sering jadi sasaran kemarahan dan kejengkelan orangtua. Jika sang ayah sedang marah, tidak jarang anak ditendang dan ditempeleng. Uniknya hampir tidak ada reaksi berarti dari orang lain (tetangga) atau sanak family terhadap perlakuan kasar itu. Para tetangga menilai, persoalan kekerasan terhadap anak yang dilakukan orangtuanya adalah urusan intern mereka. Itu juga dilakukan dalam rangka “mendidik” anak-anaknya yang dianggap “nakal”.

Saya sendiri adalah produk dari child abuse dimasa kecil.  Ayah saya sangat keras, suka menggunakan kekerasan dengan pukulan dengan media kayu/sapu serta makian-makian yang menyakitkan. Jika saya malah menangis dan mengatakan sesuatu, beliau akan menghajar lebih keras lagi. Sebagai anak saya diharuskan diam sebagai pertanda tidak melawan. Ayah saya sangat bangga menceritakan pada orang lain bahwa dia memperlakukan anak-anaknya dengan didikan keras. “kalau mereka ga dengarkan saya, saya hantam/tempeleng dia”, begitu yang ia sampaikan ke teman-teman dan saudaranya. Perkataan ini semakin menyakitkan saya.

Permasalahannya sebuah tindakan yang dikategorikan child abuse dalam masyarakat tertentu boleh jadi pada masyarakat yang lain dianggap sebagai hal yang lazim, bahkan suatu keharusan untuk tujuan-tujuan yang secara budaya dibenarkan seperti untuk kedisiplinan. Latar belakang keluarga ayah saya memang berasal dari budaya yang cukup keras dalam mendidik anak-anaknya. Pada budaya tertentu, tindak kekerasan terhadap anak acap bisa diterima sebagai upaya mendapatkan kepatuhan anak. Nilai keluarga yang berkembang dalam masyarakat adalah bila anak-anaknya patuh kepada orangtua. Anak yang nakal, apalagi membangkang dalam banyak hal, dipandang sebagai cerminan citra buruk orangtua (keluarga). Untuk mencegahnya, beberapa orangtua tidak segan-segan melakukan tindak kekerasan.

Apakah anda tanpa menyadari melakukan/mengalami child abuse? Berikut ini jenis-jenisnya:

#Kekerasan Fisik/Physical Abuse
• Jewer telinga, menampar dan cubit
• Memukuli dengan tangan kosong, ikat pinggang, sapu, papan, dompet, tali, dll
• Melempar anak ke tempat tidur, tembok, tangga, dll
• mengurung anak ke tempat tidur, toilet, dll
• lain-lain
Diabaikan/neglect

Jika anak diabaikan dengan dibiarkan sendirian di tempat tidurnya atau ditinggal sendirian selama berhari-hari dengan sedikit atau tanpa makanan yang sehat.

#Kekerasan Emosional/Emotional Abuse
Emotional abuse memang tidak meninggalkan bekas luka fisik tapi meninggalkan bekas luka yang sangat dalam pada mental anak. Kata-kata kasar yang sering diucapkan seorang dewasa kepada seorang anak dianggap sebagai emotional abuse, seperti marah atau ngomel dengan perkataan kasar dan merendahkan anak ketika sang anak nilai ulangannya kalah bagus dengan anak yang lain: “Bodo banget to kowe?”, “dasar anak jorok!”, “Koyo ngono ae ora iso”, “Dikasih tau gak ngerti-ngerti juga”, “Tidak punya otak, ya!”, ” Mau jadi apa kamu kalau sudah besar?’.

Percayalah, setiap perlakuan salah yang anda lakukan terhadap anak akan menorehkan goresan luka. Luka itu akan terus terasa sakit bahkan sampai si anak tumbuh dewasa. Saya merasakan itu, mungkin anda juga pernah merasakannya. Hentikan child abuse walaupun itu hanya ucapan-ucapan yang negatif, gunakan selalu kata-kata positif karena itu akan menambah rasa percaya diri anak!

Pola asuh  masa kanak-kanak

Dikatakan oleh Bpk. Pepen Ali, SH di PsycoFamilly (23/3) ada 2 cara yang biasa diterapkan oleh orang tua dalam mendidik anaknya.
Pertama, yakni pola asuh Fotokopi, yang artinya si orangtua menerapkan apa yang pernah dia rasakan semasa kanak-kanak, apabila pernah merasakan kekerasan dari orang tuanya maka ini lah yang akan diturunkan ke anaknya.
Kedua yakni pola asuh balas dendam, yang artinya bertolak belakang dari yang pernah dirasakan, misalkan dulu merasakan kekerasan namun pada saat mendidik anak nya sekarang akan memberikan kasih sayang lebih agar si anak tidak merasakan hal yang sama seperti si orangtua semasa muda.

Namun dari kedua poin ini tidak boleh terlalu berlebih karena akan menimbulkan efek negatif bagi si anak, anak akan cenderung manja dan bergantung pada oranglain dan tidak bisa mandiri menghadapi permasalahan bagi penerap pola Balas Dendam. Namun untuk pola fotokopi efeknya si anak akan memiliki dwikepribadian disatu sisi baik, disisi lain seperti pembunuh. Maka dari itu sebagai orang tua jangan jadikan anak sebagai media balas dendam, namun jaga dan sayangilah anak kita agar menjadi sosok yang baik di masa depan nya.

Sumber : http://t1r4.wordpress.com/2012/08/05/anak-anak-masa-kecil-abuse/ , http://www.trijayafmplg.net/program/psycho-family/2012/02/efek-trauma-masa-kecil-orang-tua-pada-pola-asuh-anak/

No comments:

Post a Comment