Labels

Wednesday 31 October 2012

Apa itu gambar..? Lukisan atau Foto...boleh dak ?

Beberapa hadits tentang gambar:


Anas Radliyallaahu 'anhu berkata: Adalah tirai milik 'Aisyah Radliyallaahu 'anhu menutupi samping rumahnya. Maka Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepadanya: "Singkirkanlah tiraimu ini dari kita, karena sungguh gambar-gambarnya selalu mengangguku dalam sholatku." Riwayat Bukhari.

Hadis riwayat Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu:
Dari Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, beliau bersabda: Malaikat tidak akan memasuki rumah yang ada anjing atau ada gambarnya. (Shahih Muslim No.3929)

Hadis riwayat Aisyah Radliyallaahu 'anhu, ia berkata:
Kami mempunyai tirai bergambar burung. Orang yang hendak masuk tentu akan melihat tirai bergambar itu. Lalu Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepadaku: Gantilah tirai ini sebab setiap kali aku masuk dan melihatanya aku menjadi teringat akan dunia. Aisyah Radliyallaahu 'anhu berkata: Kami mempunyai sepotong kain beludru yang biasa kami sebut bergambar sutera dan kami memakainya. (Shahih Muslim No.3934)

Hadis riwayat Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu, ia berkata:
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Orang-orang yang melukis gambar-gambar akan disiksa pada hari kiamat, kepada mereka difirmankan: Hidupkan apa yang telah kalian ciptakan. (Shahih Muslim No.3942)

Hadis riwayat Abdullah bin MasudRadliyallaahu 'anhu, ia berkata:
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Manusia yang paling berat siksaannya pada hari kiamat adalah para juru gambar. (Shahih Muslim No.3943)

Hadis riwayat Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu, ia berkata:
Aku mendengar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Setiap tukang gambar itu akan masuk neraka. Allah akan menjadikan baginya dengan setiap gambar yang ia buat sesosok jiwa yang akan menyiksanya di neraka Jahanam. (Shahih Muslim No.3945)

Hadis riwayat Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu, ia berkata:
Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Allah Taala berfirman: Siapa lagi orang yang lebih zalim daripada orang yang mencoba membuat ciptaan seperti ciptaan-Ku? Mereka boleh mencoba menciptakan sebuah atom atau menciptakan biji-bijian atau menciptakan jelai. (Shahih Muslim No.3947)

Pendapat 1
Foto bukanlah lukisan.

Hadits-hadits tersebut jika dicermati mengarah pada lukisan, tukang gambar, dan gambar hidup yang layak dihidupkan (silahkan dicermati mengenai gambar yang layak dihidupkan yang nantinya di akhirat dituntut untuk dihidupkan). Foto juga bukan lukisan (silahkan dicek dalam kamus manapun), tidak ada tukang gambar --jika disebut ada berarti merujuk pada tukang fotonya, namun tukang foto bukan tukang gambar, mereka tidak bisa menggambar.
Terkait dengan maksud dan tujuan insya Alloh tidak ada maksud riya --jika orang bersu'udzon tentang ini. Hanya menunjukkan identitas, tidak lebih. Foto ini juga insya Allah tidak mengganggu untuk beribadah kepada Allah Ta'ala.

Shallallahu 'alaihi wa Sallam mengenai hukum Islam yang harus digigit erat dengan menggunakan gigi geraham, bukan gigi seri --yang engkeramannya lebih lemah dari gigi geraham. Selebihnya, lakum diinukum wa liyadiin.

Kebenaran hanya milik Allah 'Azza wa Jalla semata, maka dari itu sudah sewajarnya dan seharusnya kita selalu memohon ampunan atas kesalahan-kesalahan kita, ketidaktahuan kita, perbuatan kita yg berlebihan dalam berbagai masalah, keseriusan dan senda gurau kita, atas apa-apa yang kita ungkapakan dan yang kita sembunyikan, atas dosa-dosa yang sengaja maupun tidak sengaja, yang kita ketahui mapun yang tidak kita ketahui, dan dosa yang telah lalu dan yang akan datang (Bukhari, no. 6398, dan Muslim no. 2719)
Allohua'lam.

Pendapat 2
Kamera identik dg kuas

Seorang juru gambar menggambar dg alat (kuas)... seorang juru foto menggambar dg alat (kamera)... kamera dan kuas adalah alat.... keduanya alat... jika kuas tidak digerakkan tidak akan tercipta gambar lukisan... jika kamera tidak ditekan tombolnya tidak akan tercipta gambar foto....yg dilarang hanya gambar makhluq bernyawa... sedangkan selainnya diperbolehkan...

Dua pendapat diatas mana yang akan dipilih? Bila foto memang bukan lukisan tp kl hanya akan mendatangkan fitnah lebih baik tidak. Jika tak akan mendatang masalah sah2 saja digunakan...itu menurut saya bila ditinjau dari hadist dan pendapat diatas.

Monday 29 October 2012

Pahala Melimpah Bagi Muslimah yang Tinggal di Rumah

Di antara perintah Allah kepada wanita muslimah adalah perintah untuk tinggal dan menetap di rumah-rumah mereka. Sebuah perintah yang banyak mengandung hikmah dan maslahat. Tidak hanya bagi wanita itu sendiri, namun juga mengandung kemaslahatan bagi umat.

Perintah dari Dzat Yang Maha Hikmah
Wahai saudariku muslimah, renungkanlah firman dari Rabbmu berikut ini. Rabb yang telah menciptakanmu, yang paling tahu tentang kemaslahatan bagimu. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيراً

“Dan hendaklah kamu tetap tinggal di rumah-rumah kalian dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu. Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlul bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (Al Ahzab: 33).

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah menjelaskan bahwa makna dari ayat {وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ} yaitu menetaplah kalian di rumah kalian sebab hal itu lebih selamat dan lebih memelihara diri kalian. Sedangkan makna ayat { وَلا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الأولَى } yaitu janganlah banyak keluar dengan bersolek atau memakai parfum sebagaimana kebiasaan orang-orang jahiliyah sebelum Islam yang tidak memiliki ilmu dan agama. Perintah tersebut bertujuan untuk mencegah munculnya kejahatan dan sebab-sebabnya. (Lihat Taisir Al Karimirrahman surat Al Ahzab 33).

Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan bahwa makna ayat di atas artinya tetaplah di rumah-rumah kalian dan janganlah keluar tanpa ada kebutuhan. Termasuk kebutuhan syar’i yang membolehkan wanita keluar rumah adalah untuk shalat di masjid dengan syarat-syarat tertentu, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :‘Janganlah kalian melarang istri-istri dan anak-anak kalian dari masjid Allah. Namun, hendaklah mereka keluar dalam keadaan berjilbab.’ Dan dalam riwayat lain disebutkan : ‘Dan rumah mereka adalah lebih baik bagi mereka.” (TafsirAl Qur’an Al Adzim tafsir surat Al Ahzab ayat 33)

Yang perlu dipahami bahwa perintah dalam ayat di atas tidak hanya terbatas pada istri-istri nabi saja, tetapi juga berlaku untuk seluruh kaum wanita muslimah. Imam Ibnu Katsir rahimahullahu mengatakan : “Semua ini merupakan adab dan tata krama yang Allah Ta’ala perintahkan kepada para istri Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam. Adapun kaum wanita umat ini seluruhnya sama juga dengan mereka dalam hukum masalah ini.” (Tafsir Al Qur’an Al Adzim surat Al Ahzab 33).

Saudariku muslimah, perhatikanlah. Perintah untuk tinggal di dalam rumah ini datang dari Dzat Yang Maha Memiliki Hikmah, Dzat yang lebih tahu tentang perkara yang memberikan maslahat bagi hamba-hamba-Nya. Ketika Dia menetapkan wanita harus berdiam dan tinggal di rumahnya, Dia sama sekali tidak berbuat zalim kepada wanita, bahkan ketetapan-Nya itu sebagai tanda akan kasih sayang-Nya kepada para hamba-Nya.

Tanggung Jawab Terbesar bagi Wanita adalah Rumah Tangganya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

كلكم راع، وكلكم مسئول عن رعيته، فالأمير راع، وهو مسئول عن رعيته، والرجل راع على أهل بيته، وهو مسئول عنهم، والمرأة راعية على بيت بعلها وولده، وهي مسئولة عنهم، والعبد راع على مال سيده، وهو مسئول عنه، فكلكم راع مسئول عن رعيته

“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang yang dipimpinnya. Pemimpin negara adalah pemimpin dan ia akan ditanya tentang yang dipimpinnya. Seorang laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya dan ia akan ditanya tentang yang dipimpinnya. Seorang wanita adalah pemimpin bagi anggota keluarga suaminya serta anak-anaknya dan ia akan ditanya tentang mereka. Seorang budak adalah pemimpin atas harta tuannya dan ia akan ditanya tentang harta tersebut. Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari 893 dan Muslim 1829).

Yang dimaksud dengan (رَاعٍ ) adalah seseorang yang dikenai tanggung jawab untuk menjaga sesuatu perbuatan, dan diberi amanah atas perbuatan tersebut, serta diperintahkan untuk melakukannya secara adil . (Lihat Bahjatun Nadzirin I/369)

Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan : Seorang istri merupakan pemimpin yang menjaga di rumah suaminya dan akan ditanya tentang penjagaanya. Maka wajib baginya untuk mengurusi rumah dengan baik, seperti dalam memasak, menyiapkan minum seperti kopi dan teh, serta mengatur tempat tidur. Janganlah ia memasak melebihi dari yang semestinya. Jangan pula ia membuat teh lebih dari yang dibutuhkan. Ia harus menjadi seorang wanita yang bersikap pertengahan, tidak bersikap kurang dan tidak berlebih-lebihan, karena sikap pertengahan adalah separuh dari penghidupan. Tidak boleh melampaui batas dalam apa yang tidak sepantasnya. Istri juga memiliki tanggung jawab terhadap anak-anaknya dalam mengurus dan memperbaiki urusan mereka, seperti dalam hal memakaikan pakaian, melepaskan pakaian yang kotor, merapikan tempat tidur, serta memerhatikan penutup tubuh mereka di musim dingin. Setiap wanita akan ditanya tentang semua itu. Dia akan ditanya tentang urusan memasak, dan ia akan ditanya tentang seluruh apa yang ada di dalam rumahnya.” (Lihat Syarh Riyadhis Shalihin II/133-134)

Dengan demikian, tugas seorang istri selaku pendamping suami dan ibu bagi anak-anaknya adalah memegang amanah sebagai pengatur urusan dalam rumah suaminya serta anak-anaknya. Dia kelak akan ditanya tentang kewajibannya tersebut. Inilah peran penting seorang wanita, sebagai pengatur rumah tangganya. Wanita sudah memiliki amanah dan tugas tersendiri yang harus dipikulnya dengan sebaik-baiknya. Yang menetapkan amanah dan tugas tersebut adalah manusia yang paling mulia, paling berilmu, dan paling bertakwa kepada Allah, yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau tidaklah menetapkan syariat dari hawa nafsunya, semuanya adalah wahyu yang Allah wahyukan kepada beliau.

Tinggal di Rumah adalah Fitrah Muslimah
Islam adalah agama yang adil. Allah menciptakan bentuk fisik dan tabiat wanita berbeda dengan pria. Kaum pria diberikan kelebihan oleh Allah Ta’ala baik fisik maupun mental dibandingkan kaum wanita sehingga pantas kaum pria sebagai pemimpin atas kaum wanita. Allah Ta’ala berfirman:

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاء بِمَا فَضَّلَ اللّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنفَقُواْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللّهُ

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang ta’at kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)” (QS. An Nisa’: 34)

Pada asalnya, kewajiban mencari nafkah bagi keluarga merupakan tanggung jawab kaum lelaki. Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baaz rahimahullah berkata: “Islam menetapkan masing-masing dari suami dan istri memiliki kewajiban yang khusus agar keduanya menjalankan perannya masing-masing sehingga sempurnalah bangunan masyarakat di dalam dan di luar rumah. Suami berkewajiban mencari nafkah dan penghasilan sedangkan istri berkewajiban mendidik anak-anaknya, memberikan kasih sayang, menyusui dan mengasuh mereka, serta tugas-tugas lain yang sesuai baginya seperti mengajar anak-anak perempuan, mengurusi sekolah mereka, dan mengobati mereka serta pekerjaan lain yang khusus bagi kaum wanita. Bila wanita sampai meninggalkan kewajiban dalam rumahnya, berarti ia telah menyia-nyiakan rumah serta para penghuninya. Hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan dalam keluarga baik secara hakiki maupun maknawi. (Khatharu Musyarakatil Mar’ah li Rijal fil Maidanil Amal).

Para wanita muslimah hendaknya jangan tertipu dengan teriakan orang-orang yang menggembar-gemborkan isu kesetaraan gender sehingga timbul rasa minder terhadap wanita-wanita karir dan merasa rendah diri dengan menganggur di rumah. Padahal banyak pekerjaan mulia yang bisa dilakukan di rumah. Di rumah ada suami yang harus dilayani dan ditaati. Ada juga anak-anak yang harus ditarbiyah dengan baik. Ada harta suami yang harus diatur dan dijaga sebaik-baiknya. Ada pekerjaan-pekerjaan rumah tangga yang butuh penanganan dan pengaturan. Semua ini pekerjaan yang mulia dan berpahala di sisi Allah Ta’ala. Para wanita muslimah harus ingat bahwa kelak pada hari kiamat mereka akan ditanya tentang amanah tersebut yang dibebankan kepadanya.

Namun demikian, jika dalam kondisi tertentu menuntut wanita untuk mencari nafkah, diperbolehkan baginya keluar rumah untuk bekerja, namun harus memperhatikan adab-adab keluar rumah sehingga tetap terjaga kemuliaan serta kesucian harga dirinya.

Mendidik Generasi Shalih dan Shalihah
Tugas besar seorang wanita yang juga penting adalah mendidik anak-anak. Minimnya perhatian dan kelembutan seorang ibu yang tersita waktunya untuk aktifitas di luar rumah, sangat berpengaruh besar pada perkembangan jiwa dan pendidkan mereka. Terlebih jika keperluan anak dan suaminya justru diserahkan kepada pembantu. Jika demikian, lalu bagaimanakah tanggung jawab wanita untuk menjadikan rumah sebagai madrasah bagi anak-anak mereka?

Sebagian orang juga mendengung-dengungkan bahwa wanita jangan dikungkung dalam rumahnya, karena membiarkan wanita berada di dalam rumah berarti membuang separuh dari potensi sumber daya manusia. Biarkan wanita berperan dalam masyarakatnya, keluar rumah bekerja sama dengan para lelaki untuk membangun negerinya dalam berbagai bidang kehidupan. Demikian ucapan yang mereka lontarkan.

Ketahuilah saudariku, Islam agama yang datang untuk kemaslahatan umat justru memberi pekerjaan yang mulia kepada wanita muslimah. Mereka di antaranya diberi tanggung jawab untuk mendidik anak-anak mereka. Sebuah tanggung jawab yang tidak ringan, sumbangsih yang besar bagi perbaikan umat. Betapa banyak generasi shalih dan shalihah muncul dari tarbiyah yang dilakukan oleh para wanita. Melalui tarbiyah yang baik mereka mencetak generasi umat Islam yang shalih dan shalilah. Hal itu bisa terwujud jika mereka langsung terjun untuk mendidik anak-anak mereka. Namun kita saksikan pula, betapa banyak anak-anak yang berakhlak bejat yang tidak pernah mendapat pendidikan di rumahnya. Hal itu disebabkan orang tua tidak mendidik mereka secara langsung. Peran orangtua yang dominan dalam mendidik anak berada di pundak para wanita, karena laki laki mempunyai tugas lain yaitu untuk mencari nafkah. Dengan demikian, pendidikan di rumah merupakan salah satu tanggung jawab yang besar bagi seorang muslimah.

Peran Besar Wanita Walaupun Tetap Tinggal di Rumahnya
Dengan tetap tinggal di rumah , bukan berarti wanita tidak bisa ikut andil dalam perbaikan umat. Posisi wanita sebagai sang istri atau ibu rumah tangga memilki arti yang sangat penting bagi perbaikan masyarakatnya. Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘ Utsaimin rahimahullah menjelaskan bahwa perbaikan masyarakat dapat dilakukan dengan dua cara:

Pertama: Perbaikan secara dhahir. Hal ini bisa di lakukan di pasar-pasar, di masjid-masjid dan selainnya dari perkara-perkara yang nampak. Ini didominasi oleh kaum laki-laki karena merekalah yang bisa keluar untuk melakukannya.

Kedua: Perbaikan masyarakat yang dilakukan dari dalam rumah. Hal ini dilakukan di dalam rumah dan merupakan tugas kaum wanita. Karena merekalah yang sangat berperan sebagai pengatur dalam rumahnya. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman :

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى

“Tetaplah kalian tinggal di dalam rumah-rumah kalian dan janganlah bertabarruj (berpenampilan) sebagaimana penampilannya orang-orang jahiliyah yang pertama.” (Al Ahzab: 33)

Oleh karena itu peran dalam perbaikan masyarakat separuhnya atau bahkan mayoritasnya tergantung kepada wanita. Hal ini disebabkan dua alasan:

1. Jumlah kaum wanita sama dengan laki-laki, bahkan lebih banyak kaum wanita. Keturunan Adam mayoritasnya adalah wanita sebagamana hal ini ditunjukkan oleh As Sunnah An Nabawiyah. Akan tetapi hal ini tentunya berbeda antara satu negeri dengan negeri lain, satu jaman dengan jaman lain. Terkadang di suatu negeri jumlah kaum wanita lebih dominan dari pada jumlah lelaki atau sebaliknya. Intinya, wanita memiliki peran yang sangat besar dalam perbaikan masyarakat.

2. Tumbuh dan berkembangnya satu generasi pada awalnya berada dibawah asuhan wanita. Sehingga sangat jelaslah peran wanita dalam perbaikan masyarakat. (Lihat Daurul Mar’ah Fi Ishlahil Mujtama’)

Ibadah Wanita di Dalam Rumah

Dengan berdiam di rumah, bukan berarti wanita tidak bisa melaksanakan aktifitas ibadah. Banyak ibadah yang bisa dilakukan di rumah seperti shalat, puasa, membaca Al Qur’an, berdizkir, dan ibadah-ibadah lainnya. Bahkan Sebaik-baik shalat bagi wanita adalah di rumahnya. Dari Ummu Salamah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

خَيْرُ مَسَاجِدِ النِّسَاءِ قَعْرُ بُيُوتِهِنَّ

“Sebaik-baik masjid bagi para wanita adalah diam di rumah-rumah mereka.” (HR. Ahmad 6/297. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan dengan berbagai penguatnya).

Dari ‘Abdullah bin Mas’ud, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

صَلاَةُ الْمَرْأَةِ فِى بَيْتِهَا أَفْضَلُ مِنْ صَلاَتِهَا فِى حُجْرَتِهَا وَصَلاَتُهَا فِى مَخْدَعِهَا أَفْضَلُ مِنْ صَلاَتِهَا فِى بَيْتِهَا

“Shalat seorang wanita di rumahnya lebih utama baginya daripada shalatnya di pintu-pintu rumahnya, dan shalat seorang wanita di ruang kecil khusus untuknya lebih utama baginya daripada di bagian lain di rumahnya” (HR. Abu Dawud 570. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Shalat wanita di rumah adalah pengamalan dari perintah Allah agar wanita diam di rumah. Namun demikian, jika wanita ingin melaksanakan shalat berjamaah di masjid selama memperhatikan aturan seperti menutupi aurat dan tidak memakai harum-haruman, maka janganlah dilarang. Dari Salim bin Abdullah bin Umar bahwasanya Abdullah bin ‘Umar berkata : “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لاَ تَمْنَعُوا نِسَاءَكُمُ الْمَسَاجِدَ إِذَا اسْتَأْذَنَّكُمْ إِلَيْهَا

“Janganlah kalian menghalangi istri-istri kalian untuk ke masjid. Jika mereka meminta izin pada kalian maka izinkanlah dia” (HR. Muslim 442).

Bahkan dengan tetap tinggal di rumahnya, wanita bisa mendapatkan pahala yang banyak Aktifitas hariannya di dalam rumah bisa bernilai pahala. Diriwayatkan dari Anas bin Malik, dia mengatakan :

جئن النساء إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم فقلن: يا رسول الله، ذهب الرجال بالفضل والجهاد في سبيل الله تعالى، فما لنا عمل ندرك به عمل المجاهدين في سبيل الله؟ فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: “من قعد -أو كلمة نحوها -منكن في بيتها فإنها تدرك عمل المجاهدين في سبيل الله”.

“Seorang wanita datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian berkata : “Wahai Rasulullah, laki-laki memiliki keutamaan dan mereka juga berjihad di jalan Allah. Apakah bagi kami kaum wanita bisa mendapatkan amalan orang yang jihad di jalan Allah? Rasulullah bersabda : “ Brangsiapa di antara kalian yang tinggal di rumahnya maka dia mendapatkan pahala mujahid di jalan Allah.” (LihatTafsir Al Qur’an Al ‘Adzim surat Al Ahzab 33)

Adab Keluar Rumah bagi Muslimah

Saudariku muslimah, walaupun syariat menetapkan engkau harus tinggal di rumah, namun bila ada kebutuhan, dibolehkan bagi wanita untuk keluar rumah dengan memperhatikan adab-adab berikut ini:

Pertama. Memakai hijab syar’i yang menutup aurat.

Allah Ta’ala berfirman:

يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِيْنَ يُدْنِيْنَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلاَبِيْبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلاَ يُؤْذَيْنَ

“Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu dan putri-putrimu serta wanita-wanitanya kaum mukminin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbab-jilbab mereka di atas tubuh mereka. Yang demikian itu lebih pantas bagi mereka untuk dikenali (sebagai wanita merdeka dan wanita baik-baik) sehingga mereka tidak diganggu” (Al Ahzab: 59)

Kedua. Jangan memakai wangi-wangian.

Dilarang memakai wewangian ketika keluar rumah. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda :

أَيُّمَا امْرَأَةٍ أَصَابَتْ بَخُورًا فَلاَ تَشْهَدْ مَعَنَا الْعِشَاءَ الآخِرَةَ

“Wanita mana saja yang memakai wewangian, maka janganlah dia menghadiri shalat Isya’ bersama kami” (HR. Muslim 444).

Dari Abu Musa Al Asy’ary bahwanya ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

أَيُّمَا امْرَأَةٍ اسْتَعْطَرَتْ فَمَرَّتْ عَلَى قَوْمٍ لِيَجِدُوا مِنْ رِيحِهَا فَهِيَ زَانِيَةٌ

“Seorang perempuan yang mengenakan wewangian lalu melewati sekumpulan laki-laki agar mereka mencium bau harum yang dia pakai maka perempuan tersebut adalah seorang wanita pezina” (HR. An Nasa’i, Abu Daud, Tirmidzi dan Ahmad. Dishahihkan Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ 323)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

كُلُّ عَيْنٍ زَانِيَةٌ. وَالْمَرْأَةُ إِذَا اسْتَعْطَرَتْ فَمَرَّتْ بِالْمَجْلِسِ فَهِيَ كَذَا وَكَذَا

“Setiap mata itu berzina. Bila seorang wanita memakai wewangian kemudian ia melewati kumpulan laki-laki laki-laki (yang bukan mahramnya) maka wanita itu begini dan begitu.” (HR. Tirmidzi 2937. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi 2237)

أَيُّمَا امْرَأَةٍ اسْتَعْطَرَتْ فَمَرَّتْ بِقَوْمٍ لِيَجِدُوْا رِيْحَهَا فَهيِ َ زَانِيَةٌ

“Wanita mana saja yang memakai wangi-wangian, kemudian ia melewati satu kaum agar mereka mencium wanginya, maka wanita itu pezina.” (HR Ahmad 4/414, dihasankan oleh Syaikh Muqbil dalam Al-Jami’us Shahih 4/311)

Ketiga. Berjalan dengan sopan

Ketika berjalan, tidak dengan menggesek-gesekkan sandal/sepatu dengan sengaja dan jangan pula menghentak-hentakkan kaki agar terdengar suara gelang kaki, karena Allah Ta’ala berfirman:

وَلاَ يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِيْنَ مِنْ زِيْنَتِهِنَّ

“Dan janganlah mereka (para wanita) memukulkan kaki-kaki mereka ketika berjalan agar diketahui apa yang disembunyikan dari perhiasan mereka.” (An Nur: 31)

Jangan pula engkau berlenggak lenggok ketika berjalan sehingga mengundang pandangan lelaki karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengabarkan:

الْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ فَإذَا خَرَجَتْ اِسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ

“Wanita itu aurat maka bila ia keluar rumah syaitan menyambutnya.” (HR. Tirmidzi 1183, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Irwaul Ghalil 273)

Keempat. Hendaklah keluar rumah dengan seizin suami.

Apabila telah menikah, wanita harus minta izin kepada suami ketika keluar rumah , termasuk ketika pergi ke masjid. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِذَا اسْتَأْذَنَتِ امْرَأَةُ أَحَدِكُمْ إِلَى الْمَسْجِدِ فَلاَ يَمْنَعْهَا

“Apabila istri salah seorang dari kalian minta izin ke masjid maka janganlah ia melarangnya.” (HR. Bukhari 873 dan Muslim 442)

Kelima. Jika bepergian jauh harus bersama mahram.

Bila jarak perjalanan yang ditempuh adalah jarak safar maka wanita harus didampingi mahram karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَلاَ تُسَافِرِ الْمَرْأَةُ إِلاَّ مَعَ ذِيْ مَحْرَمٍ

“Tidak boleh seorang wanita safar kecuali bersama mahramnya.” (HR. Muslim 1341)

Keenam. Menjaga pandangan dan merendahkan suara

Hendaklah pandangan mata, jangan mengarahkan pandangan ke kiri dan ke kanan kecuali bila ada kebutuhan, karena Allah Ta’ala berfirman:

وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ

“Dan katakanlah kepada wanita-wanita mukminat: Hendaklah mereka menundukkan pandangan-pandangan mereka…” (An Nur: 31)

Apabila berjalan bersama sesama wanita sementara di sana ada lelaki, hendaklah jangan berbicara yang mengundang fitnah. Demikianlah yang Allah Ta’ala perintahkan dalam firman-Nya:

فَلاَ تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلاً مَعْرُوْفًا

“Maka janganlah kalian melembut-lembutkan suara ketika berbicara sehingga berkeinginan jeleklah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik.” (Al Ahzab: 32)

Saudariku muslimah, demikianlah beberapa adab Islami yang sepatutnya diperhatikan saat keluar dari rumah. Sungguh kemuliaan akan diraih bila senantiasa berpegang dengan adab yang diajarkan agama Islam. Sebaliknya kehinaan akan terjadi ketika ajaran agama telah jauh ditinggalkan.

Penutup
Wahai saudariku muslimah, renungkanlah! Betapa banyak pahala yang melimpah meskipun kalian tetap tinggal di rumah. Betapa banyak pula tugas-tugas mulia yang bisa dilakukan di dalam rumah. Melaksanakan ibadah di rumah, mengurus rumah tangga, mendidik anak menjadi genarasi shalihah, dan kegiatan lain yang bernilai pahala. Tidak ada profesi yang lebih mulia bagi wanita selain tinggal di rumahnya untuk menjadi ibu rumah tangga.

Wallahu a’lam. Wa shallallah ‘alaa Nabiyyina Muhammad.



Penulis: dr. Adika Mianoki
Artikel Muslim.Or.Id
Dari artikel Pahala Melimpah Bagi Muslimah yang Tinggal di Rumah — Muslim.Or.Id by null

Kemuliaan seorang wanita.

Berbagi tumbuhkan cinta, cinta urusan hati, jagalah hati agar slalu dikoridor ILLAHI. Namun sejauh mana kita dapat menjaga hati bila kita hidup tengah dunia yang penuh dengan ikhtilat. Tak ada rasa segan berinteraksi dengan lawan jenis,,,hanya dengan alasan sebuah pekerjaan. Aku bukanlah orang yang mentolerir wanita bekerja, Terlalu banyak mudarat membiarkan wanita mencari nafkah. bila suami bisa mencukupi mengapa kita harus bekerja. Bekerja bukanlah hal yang menyenangkan banyak pelecehan terhadap wanita, diskriminasi bahkan ekploitasi.

Selain pelecehan, diskriminasi dan eksploitasi, satu hal buruk lagi adalah jatuh cinta pada orang yang salah. Kedekatan dengan lawan jenis bisa menimbulkan perasaan kagum ataupun suka  sehingga menjauhkan perasaan suka kepada pasangan sendiri..salah siapa? kl menurut saya salah suami mengapa lagi harus membiarkan wanitanya atau istri cari nafkah atau sang ayah yang membiarkan putrinya bekerja.

Cinta itu tumbuh dalam kebersamaan. Kebersaman dimulai dg berbagi cerita, berbagi penderitaan, berbagi perhatian akhirnya saling bantu, bekerja sama. sehingga timbul perasaan dekat yg berujung dg jatuh cinta. Perasaan dekat awal nya tak masalah. tp jadi masalah kl dinyatakan kmd realisasikan dengan kata2 mesra, berdua2an,,,inilah ujungnya jd tak baik...setan akan tertawa.. kita wanita menjadi lahan untuk menjalankan misi2nya go to hell memggiring kita secara perlahan tp pasti. Nah apa kita perempuan mau begitu, Setan bahagia,,, harga diri kita terluka,,,kemuliaan kita ternodai.

Bila seorang wanita telah janda bagaimana ia harus melindungi diri sementara ia harus menafkahi keluarganya, tanggungjawab siapa ini? Wanita yang sudah menjanda itu merupakan tanggung jawab pemerintah, orang kaya, laki2 yang mampu berpoligami dan para ulama. Tapi mereka lebih terlihat sbb:
1. Amir yang tidak mampu menjamin kelangsungan hidup rakyatnya baik kepada laki2 apalagi terhadap wanita
2. Pengusaha2 kaya yang tidak mampu menjamin hidup si wanita baik denagn memberikan shadaqah ataupun menikahinya
3. Wanita2 itu sendiri yang kebanyakan menolak poligami sehingga menyebabkan terjadinya kelalaian di atas
4. Ustadz2 yang cuma pandai bicara di panggung2 hiburan dan televisi tanpa mampu mewujudkan apa yang dia bicarakan

Entah bagaimana lagi harus melindungi wanita dari kekejaman dunia kerja. Tidak pemerintah, tidak orang kaya. tidak suami, tidah ayah bahkan wanita itu sendiri tidak sadar dengan dirinya sedang terancam. Hatinya akan terluka, harga dirinya akan jatuh dan kemuliaannya akan ternodai jika terus berinteraksi dengan laki2 dalam sebuah wadah yg sama didunia kerja. Berdua2an menjadi lumrah dengan alasan kerja. Saling berbagi cerita, berbagi rasa saat tertekan oleh atasan atau pekerjaan, atau bekerjasama dalam mencapai satu tujuan yang sama dalam sebuah pekerjaan yang menimbulkan perasan dekat dan sepenanggungan. Situasi inilah membuat cinta yang tak halal itu bersemi dan ini pulalah membuat perselingkuhan itu menjadi suatu yg lumrah. Jadi janganlah bekerja bila tak terpaksa, wanita itu tempatnya dirumah. Tugasnya telah ditentukan sebagai seorang istri dan seorang ibu, memang itulah kodrat seorang wanita. Dia akan terlihat mulia saat di rumah walaupun ia akan terlihat mengagumkan saat berada diluar rumah.

Sunday 28 October 2012

10 Kebutuhan pria terhadap wanita



1. Pria juga punya kebutuhan seperti wanita
Di luar, ia boleh saja tampak gagah, tegar, dan tak banyak emosi, padahal di dalamnya, menurut Huemer dan Winas, pria tak terlalu jauh dari wanita. Pria juga butuh rasa hormat, pujian, minat, dukungan, kata-kata penguatan, kerjasama, pengertian, cinta, waktu untuk sendiri, dan lainnya.

2. Hormat
Jika Anda mendapati seorang wanita yang tak menghormati suaminya, dan Anda akan mendapati seorang suami yang sedang bersiap untuk pergi dari sisi istrinya. Menurut Huemer dan Winas, jika seorang pria tidak mendapati rasa hormat dari istrinya, ia akan mencarinya dari orang lain.

3. Apresiasi
Apa cara terbaik untuk membuat pria ingin membahagiakan Anda? Jawabannya, kepercayaan diri si dia. Pria secara konstan butuh diingatkan mengenai seberapa hebat dirinya. Jika Anda memintanya mencuci piring kotor, meski kurang bersih, jangan lupakan niatnya. Merengek dan memarahinya tak akan membantu keadaan ataupun membuatnya mengerti.

4. Ketertarikan Anda
Bayangkan Anda hidup bersama orang yang tidak menyukai apa pun pekerjaan Anda. Ia pun begitu. Ia ingin Anda bisa menghargai atau setidaknya menunjukkan sedikit ketertarikan atas apa yang ia sukai atau kerjakan. Anda tak perlu lalu mendalami betul-betul hobi atau ikut-ikutan menyukai hobinya. Tetapi setidaknya pahami luarannya agar bisa memberi sedikit komentar. Misal, sepulangnya ia dari kantor, Anda bisa tanyakan kabar dari proyek yang sedang ia kerjakan. Jika ia mengeluhkan atas hari yang melelahkan, dengarkan, tak perlu selalu punya saran bagus, kok. Kebanyakan kali, ia hanya butuh orang yang benar-benar mendengarkan dan mengerti kesulitan yang ia hadapi.

5. Pria butuh dukungan dan penguatan
Dijadikan sandaran orang terus menerus tentu adalah hal yang melelahkan. Seseorang yang kuat sekali pun pasti akan butuh tempat untuk bersandar pula. Menurut Huemer dan Winas, jika Anda menghormati seorang pria, ia akan mendukung Anda. Ketika Anda mendorongnya untuk meraih mimpi dan tujuan hidupnya, ia akan berusaha segenap tenaga. Sering tercetus dari para orang-orang kenamaan, bahwa di balik pria yang hebat, ada wanita hebat yang mendukungnya.

6. Pria butuh kerjasama
Dengan kata lain, pria tak butuh orang yang menyuruh dan mendiktenya melakukan apa yang seharusnya ia lakukan. Yang bisa Anda lakukan adalah memanipulasinya dengan membuatnya berpikir bahwa ialah yang datang dengan ide yang "secara tak sengaja", sejalan dengan keinginan Anda. Pria akan menyukai berada dalam sebuah hubungan yang saling, dan bekerja sama seperti sebuah tim, tidak berada dalam hubungan yang membuatnya merasa seperti anak kecil atau anak buah.

7. Dimengerti
Bukan hanya perempuan yang butuh dimengerti. Saat akhirnya ia berani membuka mulutnya untuk bercerita kepada Anda, manfaatkan waktu tersebut untuk benar-benar mengerti dirinya, dengarkan dengan baik. Komunikasi yang baik antara pasangan adalah kunci untuk mengeratkan hubungan.

8. Pria butuh cinta
Kita semua tahu, pria butuh seks. Tetapi cinta tak sekadar seks. Cinta itu berkaitan dengan sentuh, tatap, kecup, dan meninggikan egonya. Saat Anda bisa memberikan kebutuhannya, ia akan dengan sukarela memenuhi kebutuhan Anda.

9. Waktu sendiri
Pria butuh kesempatan untuk bisa bersenang-senang dengan hal lain, seperti melakukan hobi, berkumpul bersama sahabatnya, atau membaca koran. Berikan kesempatan dan izinkan ia untuk melakukan apa yang ia sukai. Jika Anda melakukan hal ini, waktu yang akan Anda dan ia lewati bersama akan terasa lebih spesial.

10. Pria butuh perhatian
Anda mungkin mengira pria bukan tipe yang teliti seperti wanita, tetapi sebenarnya pria juga memerhatikan bagaimana pasangannya memenuhi kebutuhannya, karena, seperti di poin pertama, pria itu "needy".


Sumber : http://senang-baca.blogspot.com/2012/04/10-fakta-tentang-pria.html#ixzz2Abg2u7L1

UJIAN ITU INDAH SEINDAH CANGKIR CANTIK

Banyak peristiwa yang kita lalui..penuh dengan suka dan duka...banyak ujian dan kesenangan yang didapat.

Sepasang kakek dan nenek pergi belanja di sebuah toko suvenir untuk mencari hadiah buat cucu mereka. Kemudian mata mereka tertuju kepada sebuah cangkir yang cantik. "Lihat cangkir itu," kata si nenek kepada suaminya. "Kau benar, inilah cangkir tercantik yang pernah aku lihat," ujar si kakek.
 
Saat mereka mendekati cangkir itu, tiba-tiba cangkir yang dimaksud berbicara "Terima kasih untuk perhatiannya, perlu diketahui bahwa aku dulunya tidak cantik. Sebelum menjadi cangkir yang dikagumi, aku hanyalah seonggok tanah liat yang tidak berguna. Namun suatu hari ada seorang pengrajin dengan tangan kotor melempar aku ke sebuah roda berputar.

Kemudian ia mulai memutar-mutar aku hingga aku merasa pusing. Stop ! Stop ! Aku berteriak, Tetapi orang itu berkata "belum !" lalu ia mulai menyodok dan meninjuku berulang-ulang. Stop! Stop ! teriakku lagi. Tapi orang ini masih saja meninjuku, tanpa menghiraukan teriakanku. Bahkan lebih buruk lagi ia memasukkan aku ke dalam perapian. Panas ! Panas !Teriakku dengan keras. Stop ! Cukup ! Teriakku lagi. Tapi orang ini berkata "belum !"

Akhirnya ia mengangkat aku dari perapian itu dan membiarkan aku sampai dingin. Aku pikir, selesailah penderitaanku. Oh ternyata belum. Setelah dingin aku diberikan kepada seorang wanita muda dan dan ia mulai mewarnai aku. Asapnya begitu memualkan. Stop ! Stop ! Aku berteriak. Wanita itu berkata "belum !" Lalu ia memberikan aku kepada seorang pria dan ia memasukkan aku lagi ke perapian yang lebih panas dari sebelumnya! Tolong ! Hentikan penyiksaan ini ! Sambil menangis aku berteriak sekuat-kuatnya. Tapi orang ini tidak peduli dengan teriakanku.Ia terus membakarku.

Setelah puas "menyiksaku" kini aku dibiarkan dingin. Setelah benar-benar dingin, seorang wanita cantik mengangkatku dan menempatkan aku dekat kaca. Aku melihat diriku. Aku terkejut sekali. Aku hampir tidak percaya, karena di hadapanku berdiri sebuah cangkir yang begitu cantik. Semua kesakitan dan penderitaanku yang lalu menjadi sirna tatkala kulihat diriku.

Renungan :
 
Seperti inilah Tuhan membentuk kita. Pada saat Tuhan membentuk kita, tidaklah menyenangkan, sakit, penuh penderitaan, dan banyak air mata. Tetapi inilah satu-satunya cara bagi-Nya untuk mengubah kita supaya menjadi cantik dan memancarkan kemuliaan-Nya.

"Anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai pencobaan, sebab Anda tahu bahwa ujian terhadap kita menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang supaya Anda menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun."

Apabila Anda sedang menghadapi ujian hidup, jangan kecil hati, karena Dia sedang membentuk Anda. Bentukan-bentukan ini memang menyakitkan tetapi setelah semua proses itu selesai, Anda akan melihat betapa cantiknya Tuhan membentuk Anda.

Wednesday 24 October 2012

4 kesalahan dalam mendisiplinkn anak

Mengajarkan disiplin pada anak bukanlah hal yang mudah. Salah bertindak justru akan membuat anak bersikap lebih buruk. Untuk itu, para orang tua wajib menghindari kesalahan saat melakukannya.

Berikut beberapa daftar kesalahan yang umum dilakukan orang tua saat mengajarkan disiplin pada anak, seperti dikutip dari Helium.

1. Mendisiplinkan anak saat marah. Komunikasi dalam keadaan emosi yang tidak stabil tak akan pernah efektif. Lebih lanjut, yang terdengar oleh anak Anda hanyalah teriakan yang sifatnya meyakinkan. Anak-anak tak akan bisa mengambil ilmu dari sebuah kemarahan. Sebaiknya tunggu sampai emosi Anda stabil. Jika memang harus ada hukuman yang diberlakukan, hukuman yang Anda pilih pun bukan atas dasar kemarahan yang dirasakan, melainkan rasa sayang.

2. Jangan salah menghukum. Jika kedua anak Anda berseteru, yang menangis bukanlah selalu yang menjadi korban. Dengarkan keseluruhan cerita anak-anak. Tak selalu harus memberi hukuman, tapi jangan sampai anak merasa disalahkan atas sesuatu yang tidak ia perbuat.

3. Hukuman. Hukuman bukan digunakan untuk menyakiti, melainkan agar anak tak lagi mengulangi kesalahannya. Oleh karena itu, pastikan hukuman yang Anda berikan sesuai dan pantas.

4. Jangan biarkan orang lain mendisiplinkan anak Anda. Jika anak Anda melakukan kesalahan di depan orang lain, jangan pernah memberikan kesempatan orang itu untuk menghukum atau mendisiplinkan anak Anda. Komunikasi yang diterima anak akan sangat berbeda jika itu dilakukan oleh orang lain yang bukan orang tuanya. Kemungkinan paling fatal, anak Anda bisa trauma, dan mengalami kesulitan untuk terjun ke dunia sosial setelahnya.

Setiap orang tua pasti pernah melakukan kesalahan, tapi tak ada kata terlambat untuk meminimalisir kesalahan tersebut.

Monday 22 October 2012

Mengelola emosi saat marah pada anak

Orangtua boleh menunjukkan emosi marah pada anak. Bagaimanapun, anak butuh tahu jika mereka berbuat salah. Namun, Anda perlu bijak mengelola rasa marah dan menunjukkan marah dengan cara yang Benar.

Praktikkan enam cara marah yang benar berikut ini untuk diterapkan kepada anak sejak dini, dan untuk anak di segala level usia:

1. Jangan menyalahkan
Contohnya seperti ini, "Kamu sudah membuat Bunda pusing seharian ini." Jika tingkah laku anak membuat Anda marah, katakan dengan jelas, tetapi tidak menyalahkan. Seperti, "Bunda marah sekali karena Kakak memukul Dek Mira."

2. Jangan terapkan hukuman fisik
Hukuman fisik, selain dapat menjatuhkan harga diri anak, juga dapat ditiru anak. Anak akan merasa kekerasan merupakan hal yang wajar dilakukan ketika sedang marah.

3. Jangan berteriak
Karena perilakunya yang akan dikoreksi, orangtua tidak perlu sampai mengeluarkan suara keras, melotot, apalagi membentak. Hal seperti ini justru sering kali tidak tepat sasaran. Anak hanya ingat bagaimana menakutkannya saat papa atau mamanya marah, tetapi esensi mengapa mereka marah malah terlewatkan.

Lebih disarankan, ajak anak Anda duduk, jelaskan mana perilakunya yang salah, mengapa hal itu salah, dan bagaimana seharusnya.

4. Jangan memberikan label
Sekali lagi, marah juga bukan berarti memberikan label pada anak, seperti "dasar nakal" atau "dasar pemalas". Pemberian label, jika terjadi berulang, akan membuat anak bertingkah laku sesuai dengan label yang diberikan kepadanya.

5. Jangan jadikan anak sebagai pelampiasan
Persoalan, tekanan, dan kekhawatiran orangtua yang terakumulasi dapat mempermudah terpicunya rasa marah. Orangtua hendaknya dapat mencari cara yang lebih tepat untuk mengekspresikan perasaan, terutama perasaan yang terkait dengan akumulasi dari persoalan yang dihadapi orangtua. Jangan pernah melampiaskan perasaan marah karena berbagai persoalan kepada anak.

6. Jangan terlalu sering marah
Meskipun emosi marah pada anak menyimpan berbagai hal positif, sebaiknya orangtua perlu menghindarinya. Setidaknya, jangan terlalu sering marah pada anak.

Orangtua yang bisa mengelola emosinya dengan baik akan berdampak pada perkembangan pribadi anak yang juga baik.

Anak dapat mengembangkan rasa percaya diri melalui rasa aman yang tercipta. Anak juga mampu mengembangkan kematangan emosinya, tanggung jawab, kemandirian, dan anak sehat secara mental karena berada di lingkungan yang penuh rasa aman, tenteram, dan diwarnai kegembiraan.


Sumber : http://terryraban.blogspot.com/2011/08/aturan-marah-yang-benar.html

Seni menegur anak : Mencerca Pribadi Hancurkan Harga Diri



“Dasar bandel! Dasar anak nakal! Sudah dibilangi kalau minta susu ya diminum, dihabisin. Nggak malah ditumpahkan ke lantai seperti itu! Susu itu mahal!” Seorang ibu uring-uringan memarahi Fifi, anaknya yang baru berusia 3 tahun. Bagaimana ia tidak jengkel, bila lantai yang baru saja dipel kini kotor lagi oleh tumpahan susu si kecil. Si kecil pun diam sambil menatap wajah ibunya yang kecapekan.

Sementara seorang ayah memarahi Latif, anaknya yang kelas satu SD, setelah dilapori wali kelasnya bahwa anaknya itu ketahuan mencuri uang temannya. “Kecil-kecil sudah jadi pencuri! Mau jadi apa kamu kalau besar nanti?” Katanya sambil berkacak pinggang.

Memang, mendidik anak memerlukan kesabaran ekstra. Ada kalanya orang tua kehilangan kontrol saat kondisi fisiknya lelah atau emosinya tidak stabil. Kata-kata makian terhadap anak seperti bandel, nakal, badung, dan sebagainya, seringkali meluncur tanpa dapat ditahan. Padahal, makian atau celaan seperti itu akan sangat menjatuhkan harga diri anak dan berakibat buruk bagi perkembangannya.

Mencerca Pribadi Hancurkan Harga Diri
Dalam masa perkembangannya semenjak lahir, setiap anak belajar menilai segala sesuatu. Begitu juga yang terjadi pada persoalan penilaian diri. Setiap anak akan menilai dan memandang seperti apa keadaan dirinya sendiri sesuai dengan cara pandang orang tuanya terhadap diri si anak.

Apabila pribadinya sering dicerca dengan julukan-julukan burukseperti anak nakal, bengal, tak tahu aturan, pencuri, bodoh, pemalas, dan sejenisnya, maka akan terbentuk keyakinan dalam diri anak bahwa memang seperti itulah sebenarnya taraf kepribadiannya. Selanjutnya ia akan merasa wajar jika berbuat nakal, toh ayah ibu menyebutnya ‘anak nakal’.

Perkembangan buruk seperti ini bila diteruskan akan sampai pada tahap di mana anak akan selalu berusaha berperilaku sesuai anggapan terhadap kepribadiannya tersebut, sehingga ia akan merasa tak pantas jika berbuat baik, yang notabene menyalahi keyakinannya sebagai anak nakal dan bengal tersebut.

Sampai tahap ini perilaku anak bisa jadi sangat membuat orang dewasa terheran-heran, sebab ia sudah tak mempan lagi diberi nasihat dan motivasi untuk mau berbuat baik, kecuali jika perbaikan dimulai dengan mengubah cara pandangnya yang keliru dalam menghargai pribadinya sendiri. Sungguh ini sebuah perbaikan yang sulit untuk dilakukan.

Begitulah kenyataannya, bahwa setiap orang membentuk kepribadian sesuai dengan cara pandangnya terhadap dirinya sendiri. Itu sebabnya, akan sangat fatal akibatnya jika dalam masa perkembangan anak diberi contoh untuk menilai dirinya dengan sebutan dan panggilan yang buruk.

Anak tetap anak, sekalipun perilakunya buruk. Yang buruk adalah perilakunya, sementara pelakunya tetaplah anak baik. Jika patut dibenci, maka perilakunya yang harus dikutuk, bukan pelakunya. Sang anak sebagai pelaku tetap berhak untuk dicintai, disayangi, dan dihargai.

Jika Anak Salah, Tegur Perilakunya
Ketika seorang anak berbuat kesalahan, orang tua harus menegur ‘perilaku’ tersebut, tanpa mencela pelakunya. Anak harus mengerti letak kesalahannya. Ia harus mengerti betul bahwa orang tuanya marah, kecewa dan membenci perilaku yang baru saja dilakukannya, bukan marah dan membencinya.

Agar anak tahu bahwa orang tuanya tidak menyukai perilakunya, maka sebaiknya orang tua menunjukkan perasaan kecewa, marah dan ketidaksukaannya dengan sejelas-jelasnya. Bisa dengan mimik wajah yang penuh emosi, bisa pula dengan kata-kata yang keras.

Kembali pada kedua contoh kasus di awal tulisan ini, untuk Fifi yang menumpahkan susunya, akan lebih baik bila ibu marah dengan menegur perilakunya. “Fifi, sudah ibu bilangi berkali-kali kalau menumpahkan susu itu jelek! Itu perbuatan mubadzir! Susu itu harganya mahal!”

Sedangkan untuk kasus Latif, akan lebih baik bila ayah tidak menyebutnya sebagai pencuri. “Latif, kamu kan tahu mencuri itu perbuatan buruk? Dosa! Kenapa kamu melakukannya? Kalau butuh uang, bilang sama ayah, jangan mencuri milik orang lain!”

Kedua contoh tersebut sudah dapat menggambarkan dengan jelas apa yang dirasakan oleh ayah dan ibu. Tujuannya agar anak mengerti perasaan orang tua tentang perilaku anak yang buruk itu. Di sisi lain diharapkan dalam diri anak sendiri akan timbul perasaan yang tidak enak menghadapi kemarahan orang tuanya.

Cukup Sekali Saja

Teguran orang tua cukup dinyatakan sekali saja, anak sudah bisa memahami perasaan orang tuanya. Bila pernyataan ini diulang-ulang justru akan menimbulkan kebosanan, dan anak merasa digurui. Cara mendisiplinkan anak seperti itu tidak efisien.

Banyak orang tua yang merasa perlu memberi nasihat panjang lebar terhadap kesalahan anaknya, karena menangkap kesan anak tidak mendengar nasihat yang dikatakan orang tua. Anak-anak itu berbuat seenaknya, tak mendengar omelan orang tua.Tingkah anak itu membuat orang tua jengkel dan merangsangnya untuk semakin memperpanjang dan mengulang-ulang nasihat, semata-mata untuk melampiaskan kejengkelannya.

Sekali lagi, sikap orang tua sebenarnya cukup dinyatakan sekali, ditunjang ekspresi wajah tak lebih dari satu menit. Inilah bagian awal dari metode disiplin yang disebut teguran satu menit. Selanjutnya, akan tercipta suasana yang tidak menyenangkan bagi anak. Pada saat ini sebaiknya orang tua diam sejenak agar suasana yang tidak enak ini benar-benar dirasakan anak. Manfaatkan waktu ini untuk menarik nafas panjang, seakan telah usai menyelesaikan tugas berat berupa pengungkapan rasa kecewa atas perilaku anak yang buruk.

Selanjutnya, Hargai Pelakunya
Bagian berikutnya adalah saatnya menggunakan kebenaran lain selain kebenaran pertama yang telah dikatakan terlebih dahulu. Kebenaran kedua ini adalah bahwa diri anak-anak sebagai ‘pelaku’ sebenarnya tetap baik, bahwa orang tua tetap mencintai sepenuh hati, karena mereka pada dasarnya adalah anak-anak yang salih.

Bagian kedua ini harus diucapkan orang tua dengan ekspresi wajah penuh kasih sayang dan kelembutan. Bila perlu dengan memeluk dan mencium, agar anak bisa langsung merasakan bahwa bagaimanapun buruknya perilaku mereka, ternyata orang tua tetap mencintainya. Pernyataan ini pun tidak perlu diulang, cukup sekali saja.

Misalnya, untuk kasus Fifi, setelah ibu marah dan menegur perilakunya yang buruk, maka sebaiknya ibu membelai kepalanya sambil berkata, “Fifi kan anak salihah, anak pintar. Lain kali jangan menumpahkan susu lagi ya sayang…”

Demikian juga untuk kasus Latif. Setelah ayah menunjukkan kemarahannya, alangkah bijaksananya bila kemudian ia memeluk anaknya itu seraya berkata, “Latif kan anak yang salih…Masa’ anak salih mencuri, nanti jadi temannya setan. Lain kali jangan diulangi lagi ya….”

Kelebihan Metode Ini

Metode teguran satu menit mempunyai banyak kelebihan.

Pertama, melatih disiplin anak-anak untuk bisa meninggalkan perilaku yang buruk. Dalam setengah menit yang pertama, anak mengerti bahwa tindakannya yang buruk telah membuat orang tuanya kecewa dan marah. Peristiwa itu akan masuk ke alam memorinya, selanjutnya memorinya mencatat mana perilaku baik yang disenangi orang tua, dan mana perilaku buruk yang membuat orang tuanya kecewa dan marah.

Selanjutnya, dalam setengah menit kedua, anak segera dapat menemukan kembali citra dirinya yang positif sebagai anak yang baik. Mereka sangat menikmati belai kasih orang tua dalam selang waktu yang singkat ini. Buahnya, mereka menjadi senang dan bagga terhadap dirinya sendiri yang baik seperti kata orang tuanya.

Satu hal penting yang tak boleh dilupakan orang tua adalah semakin anak menyenangi dirinya sendiri, semakin besar kemauannya untuk berperilaku lebih baik.

Keuntungan kedua, metode ini bisa digunakan sebagai alat komunikasi yang efektif antara orang tua dan anak. Banyak orang tua mengeluh karena tak bisa memahami jalan pikiran anaknya. Banyak yang tak mengenal anaknya sendiri karena kemacetan komunikasi. Anak tak pernah mau menyampaikan permasalahan yang ia hadapi kepada orang tua. Dengan bantuan metode ini, sedikit demi sedikit mulai berkembang iklim keterbukaan antara orang tua dengan anak. Komunikasi pun menjadi lancar, akrab dan harmonis. Hal ini bisa terjadi karena keberanian orang tua menunjukkan perasaan terhadap anak tanpa mencerca. Dalam setengah menit pertama menyalahkan habis-habisan perilaku anak yang buruk. Tetapi setelah itu menyatakan bahwa diri pribadi anak selalu tetap baik dan dicintai orang tua.

Memang dalam praktiknya metode ini agak sulit dilakukan, karena orang tua seolah-olah harus ‘bersandiwara’. Setelah marah-marah harus mengungkapkan rasa sayang. Yang pasti, walaupun sulit, tetapi demi perkembangan jiwa anak, tentu metode ini layak untuk dibiasakan.


Sumber : http://maramissetiawan.wordpress.com/2007/03/17/menegur-perilaku-menghargai-pelaku/

Friday 19 October 2012

Orang2 di dunia

Pada hari ini saya menghadapi.....
Org2 yg terlalu banyak bicara, trlalu membanggakan diri
Org2 yg picik, hanya memandang dari sudut pandangnya sendiri
Org2 yg egois, hanya memandang sudut kepentingan saja
Org2 yg tak punya rasa kasih, hanya memandang dari sudut materi saja
Org2 munafik, lain dihati lain dimulut
Tapi saya tak kaget dan tak peduli.....
Krn saya tak bisa membayangkan dunia tanpa org2 macam ini

Mengeluh adalah cara pasti untuk mendatangkan satu lagi penderitaan
Berdoa adalah cara pasti untuk mendatangkan suatu harapan..........

Curhat dengan teman mungkin melapangkan
Curhat dengan istri mungkin menenangkan
Namun curhat dengan Allah di 1/3 malam adalah yang terbaik....
melapangkan, menenangkan, membahagiakan, menyehatkan.......

Beginilah caraku mencintaimu.....
Kesenanganmu adalah kesenanganku(namun ada kecualinya....)
Kebahagiaanmu adalah kebahagiaanku
Kelapanganmu adalah kelapanganku
Ketenanganmu adalah ketenanganku
Harapanmu adalah harapanku
Aku hanya ingin menghiburmu

Thursday 18 October 2012

5 Tips Mengatasi Kemarahan Saat Anak Salah

Terkadang, anak-anak bisa melakukan hal-hal yang membuat orang tuanya marah. Kenakalan anak sangat wajar terjadi, apalagi di usia menginjak bangku taman kanan-kanak atau sekolah dasar. Marah atau kesal karena kenakalan anak memang tidak dilarang. Tapi jangan meluapkannya dengan membentak atau memarahi anak dengan nada tinggi dan kasar, bahkan kekerasan fisik sekalipun. Ada beberapa strategi untuk mengatasi kemarahan pada anak :

  1. Saat anak mulai mengesalkan dan membuat marah, tariklah nafas dalam-dalam secara perlahan. Tindakan ini akan mencegah Anda berkata kasar atau membentak si anak. Ulangi beberapa kali sampai perasaan sedikit tenang, sebelum Anda mengatakan atau berbuat apapun. Setelah tenang, otak pun akan berpikir lebih jernih sehingga Anda bisa mengontrol apa yang akan Anda bicarakan nantinya.
  2. Ketika amarah mulai memuncak, memang sulit mengontrol diri. Tapi ingat, Anda sedang berhadapan dengan anak Anda sendiri. Cobalah pikirkan sifat-sifat positif yang ada pada diri si anak. Bayangkan bagaimana lucunya dia saat mulai belajar merangkak atau saat dia tertawa polos ketika Anda ingin memotretnya. Mengingat hal-hal baik dari anak, akan membantu Anda meredakan kemarahan dan bertindak lebih terkontrol.
  3. Setelah berhasil mengontrol diri, ajak anak Anda bicara dari hati ke hati. Dalam hal ini, bertindaklah seperti teman. Posisikan tubuh Anda sejajar dengan tinggi badannya, tatap mata lalu bicara dengan nada pelan. Tanyakan kenapa dia berbuat sesuatu yang membuat Anda marah, apa yang diinginkannya. Sebaliknya, jangan menyuruhnya harus begini atau begitu.
  4. Belajarlah lebih sensitif terhadap perasaan anak. Ketahui apa yang ditakutinya, keinginan, ketertarikan dan apa yang tidak disukainya. Dengan memahami anak, maka Anda bisa menyikapi masalah sesuai sudut pandang si anak.
  5. Jika memang rasa marah seperti tidak bisa ditahan lagi, pergilah sebentar sebelum memulai pembicaraan dengan anak. Tinggalkan dia ke ruangan lain, jernihkan pikiran sebentar. Setelah lebih tenang, Anda bisa berkomunikasi lagi dengan anak Anda. (wolipop.com)

4 TAHAP MENDIDIK ANAK MENGIKUT SUNNAH RASULULLAH SAW.

Mendidik anak adalah tanggung jawab kita sebagai orangtua, namun terkadang kita tak tahu bagaimana memperlakukan anak ataupun kalau kita tahu tapi sulit menerapkannya, karena terkadang ada emosi yang tak terkontrol. Jadi anak memang cerminan kita orang tua...Bagaimana kita memperlakukan mereka begitulah mereka jadinya.

Rasulullah saw bersabda: Setiap bayi yang dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, atau Nasrani, atau Majusi.(HR. Bukhari)

Tahapan ini bisa jadi acuan untuk memperlakukan mereka sesuai usia. Kesalahan kita sering kali karena kita mengukur pikiran anak2 dengan pikiran kita sehingga mengakibatkan hasil tak sesuai dengan harapan. Tahapan itu sebagai berikut :

PERTAMA:
Umur 1-7 tahun. Pada masa ini, Rasulullah SAW menyuruh kita untuk memanjakan, mengasihi dan menyayangi anak dengan kasih sayang yang tidak berbatas. Biarkan anak-anak bermandikan kasih sayang pada tahap ini.

KEDUA
Umur 7-14 tahun. Saat ini Rasulullah SAW menyuruh kita untuk mulai menanamkan DISIPLIN kepada anak-anak dengan mengajar dan menyuruh mereka untuk mengerjakan shalat. Bahkan ketika umurnya sudah sepuluh tahun, seorang ayah bisa memukul anaknya jika enggan mengerjakan shalat.

Rasulullah SAW bersabda. "Perintahkanlah anak-anakmu untuk shalat pada usia tujuh tahun; dan pukullah mereka karena meninggalkannya pada usia sepuluh tahun; dan pisahkanlah di antara mereka (anak-anak kamu) di dalam tempat tidur." - Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim

Berdasarkan ahli jiwa anak, memang pada usia 7-14 tahun ini waktu terbaik untuk menanamkan disiplin dan pembentukan sahsiah seorang anak. Pada fase inilah seorang ayah akan membuat anak itu seorang muslim atau Yahudi, Nasrani dan Majusi seperti yang dikatakan oleh Rasulullah SAW dalam haditsnya bahwa setiap anak yang lahir dalam keadaan suci. Maka, ayah dan ibulah yang akan mencorakkannya.

KETIGA
Umur 14-21 tahun. Saat ini orang tua sudah MENGGANTI penanaman disiplin dengan cara yang agak KERAS kepada yang RASIONAL. Orang tua sudah seharusnya mendidik anak dengan cara menjadikannya sahabat dalam berdiskusi, mengajaknya ikut dalam membahas masalah keluarga dan diberikan satu-satu tanggung jawab dalam hal-hal tertentu di rumah. Hal ini penting agar anak merasa dirinya punya kewajiban memperhatikan hal-hal dalam keluarga.

KEEMPAT
Umur lebih 21 tahun. Pada masa ini, orang tua sudah bisa melepaskan anaknya untuk belajar menempuh hidup akan tetapi tetap melihat perkembangannya dan memberikan nasihat dan peringatan-peringatan ketika anak salah atau lupa.

Dalam kehidupan kita sebagai orang Islam, terkadang pendidikan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW itu tidak benar-benar diterapkan, bahkan banyak yang tidak mengamalkannya sama sekali.

Ada orang tua yang terlalu memanjakan anak sehingga umur 14 tahun dan baru mulai mengajar dan menyuruhnya shalat pada usia mereka 15 tahun sehingga mereka tidak hanya enggan melakukannya malah marah kepada orang tuanya. Jika kewajiban yg tertinggi (yaitu shalat) yang telah diperintahkan Allah SWT Yang Maha Agung diabaikan apalagi dengan perintah dan suruhan orang lain termasuk orang tuanya.

Kesimpulannya, masalah disiplin  remaja dan pelajar muslim mungkin terjadi karena rapuhnya pendidikan iman dan cara didikan yang salah. Sebagian orang tua membantah hal ini karena mereka tidak sadar kekerasan dan cara pendidikan yang mereka terapkan kepada anak-anak adalah secara membuta tuli tanpa melihat perkembangan umur anak-anak sehingga anak terasa dizalimi dan Berikutnya tumbuh dengan perasaan marah dan dendam kepada orang tua.

Jika sebelum ini Anda lalai .... masih BELUM TERLAMBAT ... ajarlah dan ajaklah anak-anak Anda untuk SHOLAT .... karena sholat adalah kunci untuk segalanya permasalah dunia ini ...

Sabda Rasulullah SAW: "Sholat itu tiang agama, barangsiapa yang mengerjakannya maka ia menegakkan agamanya dan barangsiapa yang meninggalkannya ia meruntuhkan agamanya." - HR. Al-Bahari dan Muslim

Dari Abdullah ra, Rasulullah SAW bersabda yang artinya, "ditegakkan Islam atas lima hal: pengakuan syahadah yaitu tiada Tuhan yang disembah dengan sesungguhnya melainkan Allah, pengakuan bahwa Nabi Muhammad itu Rasulullah, mendirikan sholat, menunaikan zakat, menunaikan fardhu haji dan berpuasa di bulan Ramadhan . "- HR Muslim


m/photo.php?fbid=512062725489609&set=a.472515179444364.116500.105349726160913&type=1&relevant_count=1

Saturday 13 October 2012

3 Kunci Perkataan Ajaib


Kata yang ingin kusave di hatiku, sehingga bila nanti aku membutuhkannya bisa kubuka dan kupakaikan untuk suamiku, anak2ku dan org2 yg ku cinta

1. TERIMAKASIH.
2. MAAF
3. AKU CINTA KAMU

Satu kata yang KERAS dan KASAR hanya akan menumbuhkan  KEBENCIAN
Satu kata yang dilontarkan TANPA KONTROL hanya akan membuat KEKACAUAN
Satu kata yang TIDAK SOPAN dan TIDAK RAMAH, hanya akan  membuat CINTA JADI HAMBAR


Satu kata MAAF bisa melahirkan CINTA da Kasih sayang

Satu kata LEMBUT dan TULUS dapat membuat KEDAMAIAN
Satu kata PUJIAN dapat memberi SEMANGAT
Satu kata itu bisa menjadi KUTUKAN dan bisa membawa BERKAH

Terima kasih anak kau telah hadir disisiku, menghiasi hidup memperkaya jiwaku. Dan maafkan diriku karena tak sempurna sering berbuat kesilapan dan kekurangan ilmu dalam mebesarkanmu. Walaupun demikian aku sangat cinta padamu itu bukan suatu kebohongan itu lah kenyataannya....

Terima kasih suamiku 

Thursday 11 October 2012

Anak-anak Belajar dari Kehidupan

Tujuan pendidikan adalah memberikan ukuran budi pekerti manusia, membangkitkan kesadaran hati nurani, dan memberikan semangat untuk melaksanakan yang benar , baik dan indah.Anak dilahirkan didunia tidak jelek dan orangtuanyalah yang menjadikannya baik atau buruk.

Rasulullah saw bersabda: Setiap bayi yang dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, atau Nasrani, atau Majusi.(HR. Bukhari)

Puisi Dorothy Law Nolte yang berjudul Children Learn What They Live memperlihatkan perlakuan kita pada anak nantinya akan mempengaruhi sikap dan karakter diri. Hal sedikit ini mungkin bisa menjadi pegangan dalam memperlakukan anak sehari2 dalam kehidupan kita

Anak-anak Belajar dari Kehidupan

Jika anak hidup dengan celaan, ia akan belajar untuk mengutuk
Jika anak hidup dengan permusuhan, ia akan belajar untuk melawan
Jika anak hidup dengan cemooh, ia akan belajar untuk menjadi rendah diri
Jika anak hidup dengan hinaan, ia akan belajar meyesali diri
Jika anak hidup dengan toleransi, ia akan belajar menahan diri
Jika anak hidup dengan dorongan, ia akan belajar percaya diri
Jika anak hidup dengan pujian, ia akan belajar menghargai
Jika anak hidup dengan sebaik2 perlakuan, ia akan belajar tentang keadilan
Jika anak hidup dengan rasa aman, ia akan belajar mempercayai
Jika anak hidup dengan dukungan, ia akan belajar untuk menghargai dirinya
Jika anak hidup dengan cinta dan persahabatan,
ia akan belajar untuk menemukan cinta dalam kehidupannya

Reaksi kita akan Menentukan Sikap dan Perilaku Anak. Anak merupakan cermin dari perilaku orangtuanya, jadi saat membaca point-point di bawah ini, ingat-ingatlah apakah kita sebagai orangtua ingin memberikan contoh yang baik atau contoh yang buruk pada anak kita
  1. Bila kita suka mengritik maka anak akan belajar mengutuk dan berkeluh kesah
  2. Bila kita suka menciptakan suasana permusuhan maka anak akan belajar berseteru
  3. Bila kita suka menakuti maka anak akan belajar hidup prihatin dan tak berani berbuat sesuatu
  4. Bila kita suka mengasihani anak maka anak akan belajar mengasihani diri sendiri
  5. Bila kita suka mencemooh maka anak akan belajar menjadi pemalu
  6. Bila kita suka mencemburui maka anak akan belajar iri hati
  7. Bila kita suka mempermalukan anak maka ia akan belajar merasa bersalah
  8. Bila kita suka mendorong maka ia akan belajar percaya diri
  9. Bila  kita suka mentoleransi maka mereka akan belajar sabar
  10. Bila kita suka memuji maka mereka akan belajar menghargai
  11. Bila kita menerima anak apa adanya mereka akan belajar mengasihi
  12. Bila kita mendukung anak maka mereka akan menyukai diri mereka sendiri
  13. Bila kita mengakui mereka maka mereka akan belajar untuk mempunyai sasaran
  14. Bila kita suka berbagi maka mereka akan belajar bermurah hati
  15. Bila anak dibiasakan jujur maka mereka akan belajar mengatakan yang sebenarnya
  16. Bila anak merasakan keadilan maka mereka akan belajar bersikap adil
  17. Bila anak banyak merasakan kemurahan dan pertimbangan maka mereka akan belajar menghormati
  18.  Bila anak merasa tenteram maka mereka akan belajar percaya pada diri sendiri dan orang di sekelilingnya
  19. Bila  anak merasakan persahabatan maka mereka akan belajar bahwa dunia ini menyenangkan
Pastikan Anak kita belajar hal-hal yang baik dari kita dan Kehidupan di sekelilingnya. Perkataan, perbuatan kita akan menjadi acuan baginya untuk bereaksi terhadap aksi yang kita lakukan terhadap mereka.Untuk itu 10 perlakuan yang mungkin kita praktekkan dalam keseharian kita dengan mereka:

1. Tegas namun tetap Sabar
Anak-anak cenderung lebih mendengarkan apa yang kita katakan jika menggunakan intonasi biasa / netral / standar.

2. Diamlah sejenak
Tidak ada salahnya anda mengatakan, "Bunda terlalu marah untuk menangani ini sekarang, kita bicarakan hal ini nanti."

3. Didik anak mereka
Pada saat kita merasa ingin menghukum anak karena satu dan lain hal, cobalah untuk memberikan pengertian kepadanya. "Ibu tidak suka kalau kamu meletakkan sepatu roda di ruang depan. Lain kali, tolong letakkan di dalam gudang. Bagaimana supaya kamu bisa mengingat itu?"

4. Bersikap Positif
Daripada mengatakan "Berapa kali ayah harus menyuruh kamu untuk menyikat gigi?!", katakan "Ayo sikat gigi, nanti kalau sudah selesai, ayah antarkan ke tempat tidur."

5. Berikan penjelasan, bukan ancaman
Dengan memberikan anak  penjelasan singkat kenapa dia harus melakukan apa yang disuruh, berarti kita memberikannya alasan untuk menjaga kelakuannya.

6. Jangan marah
Daripada memusatkan perhatian pada kesalahan / kelakuan buruk anak , cobalah untuk memandang setiap konflik sebagai kesempatan untuk mengarahkan dan mendidik anak kita.

7. Berikan insentif
Arahkan anak untuk bersikap kooperatif dengan cara seperti "Sudah waktunya kita pulang, ayo naiklah perosotan sekali lagi kemudian kita pulang. Mama ingin sampai di rumah sebelum gelap agar kita sempat membuat kue."

8. Fleksible
Jika si kecil meminta "Bolehkah saya menyelesaikan film ini sebelum kita pergi?" dan jika kita sebenarnya masih memiliki banyak waktu dan tidak terburu-buru, berikanlah dia kesempatan untuk menyelesaikan film-nya.  Ini adalah cara yang baik bagi si kecil untuk mempelajari mengenai artinya negosiasi.

9. Hentikan sikap otoriter
Bersikap keras dan menunjukkan kekuasaan kita pada si kecil hanya akan membuat kita merasa frustasi dan hal ini sangat tidak produktif. Ajaklah anak untuk bersikap kooperatif dengan cara seperti, "Ibu ingin kamu memakai baju yang bersih, tapi kamu selalu memakai baju yang sama setiap hari. Apa yang membuat kamu pengen memakai baju itu terus dan bagaimana kita dapat menyelesaikan permasalahan ini?" Kemungkinan anak anda untuk bersikap kooperatif jauh lebih besar jika solusi berasal dari dirinya sendiri.

10. Be Smart
Para orang tua biasanya menangani permasalahan dengan suatu cara tertentu meskipun cara tersebut tidak membantu.  Jika yang  lakukan tidak berhasil, carilah cara yang lebih efektif dalam menanganinya.  Tip: Jauh lebih gampang untuk mengubah cara kita dalam menangani / menghadapinya dibanding mencoba mengubah anak anda.  Tanyalah pada diri anda, "Apakah cara lain yang bisa saya lakukan agar dapat memperoleh reaksi yang lebih baik dari anak saya?"

Selain perlakuan kita terhadap mereka, hal lain yang mereka perlukan adalah contoh. Contoh yang paling bagus datang dari diri kita sendiri. Jadi jika menginginkan anak soleh maka persolehlah diri kita terlebih dahulu, jika ingin anak yang rajin maka bikin kita rajin duluan. Dan terakhir adalah kekuatan doa, doakan mereka agar menjadi anak yang kita harapkan dan sesuai pula dengan tuntutan agama kita.

Sumber :http://www.facebook.com/note.php?saved&&note_id=469608836412914

Tuesday 2 October 2012

Bagaimana seharusnya cinta itu?

Menurut hadis Nabi, orang yang sedang jatuh cinta cenderung selalu
mengingat dan menyebut orang yang dicintainya (man ahabba syai'an
katsura dzikruhu), kata Nabi, orang juga bisa diperbudak oleh cintanya
(man ahabba syai'an fa huwa `abduhu).
Kata Nabi juga, ciri dari cinta sejati ada tiga :
(1) lebih suka berbicara dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain,
(2) lebih suka berkumpul dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain, dan
(3) lebih suka mengikuti kemauan yang dicintai dibanding kemauan orang lain/diri sendiri. Bagi orang yang telah jatuh cinta kepada Alloh SWT, maka ia lebih suka berbicara dengan Alloh Swt, dengan membaca firman Nya, lebih suka bercengkerama dengan Alloh SWT dalam I`tikaf, dan lebih suka mengikuti perintah Alloh SWT daripada perintah yang lain.

Macam-macam cinta menurut Alquran
1. Cinta mawaddah adalah jenis cinta mengebu-gebu, membara dan
"nggemesi". Orang yang memiliki cinta jenis mawaddah, maunya selalu
berdua, enggan berpisah dan selalu ingin memuaskan dahaga cintanya. Ia
ingin memonopoli cintanya, dan hampir tak bisa berfikir lain.

2. Cinta rahmah adalah jenis cinta yang penuh kasih sayang, lembut,
siap berkorban, dan siap melindungi. Orang yang memiliki cinta jenis
rahmah ini lebih memperhatikan orang yang dicintainya dibanding
terhadap diri sendiri. Baginya yang penting adalah kebahagiaan sang
kekasih meski untuk itu ia harus menderita. Ia sangat memaklumi
kekurangan kekasihnya dan selalu memaafkan kesalahan kekasihnya.
Termasuk dalam cinta rahmah adalah cinta antar orang yang bertalian
darah, terutama cinta orang tua terhadap anaknya, dan sebaliknya. Dari
itu maka dalam al Qur'an , kerabat disebut al arham, dzawi al arham ,
yakni orang-orang yang memiliki hubungan kasih sayang secara fitri,
yang berasal dari garba kasih sayang ibu, disebut rahim (dari kata
rahmah). Sejak janin seorang anak sudah diliputi oleh suasana
psikologis kasih sayang dalam satu ruang yang disebut rahim.
Selanjutnya diantara orang-orang yang memiliki hubungan darah
dianjurkan untuk selalu ber silaturrahim, atau silaturrahmi artinya
menyambung tali kasih sayang. Suami isteri yang diikat oleh cinta
mawaddah dan rahmah sekaligus biasanya saling setia lahir batin-dunia
akhirat.

3. Cinta mail, adalah jenis cinta yang untuk sementara sangat membara,
sehingga menyedot seluruh perhatian hingga hal-hal lain cenderung
kurang diperhatikan. Cinta jenis mail ini dalam al Qur'an disebut
dalam konteks orang poligami dimana ketika sedang jatuh cinta kepada
yang muda (an tamilu kulla al mail), cenderung mengabaikan kepada yang
lama.

4. Cinta syaghaf. Adalah cinta yang sangat mendalam, alami, orisinil
dan memabukkan. Orang yang terserang cinta jenis syaghaf (qad
syaghafaha hubba) bisa seperti orang gila, lupa diri dan hampir-hampir
tak menyadari apa yang dilakukan. Al Qur'an menggunakan term syaghaf
ketika mengkisahkan bagaimana cintanya Zulaikha, istri pembesar Mesir
kepada bujangnya, Yusuf.

5. Cinta ra'fah, yaitu rasa kasih yang dalam hingga mengalahkan
norma-norma kebenaran, misalnya kasihan kepada anak sehingga tidak
tega membangunkannya untuk salat, membelanya meskipun salah. Al Qur'an
menyebut term ini ketika mengingatkan agar janganlah cinta ra`fah
menyebabkan orang tidak menegakkan hukum Allah, dalam hal ini kasus
hukuman bagi pezina (Q/24:2).

6. Cinta shobwah, yaitu cinta buta, cinta yang mendorong perilaku
penyimpang tanpa sanggup mengelak. Al Qur'an menyebut term ni ketika
mengkisahkan bagaimana Nabi Yusuf berdoa agar dipisahkan dengan
Zulaiha yang setiap hari menggodanya (mohon dimasukkan penjara saja),
sebab jika tidak, lama kelamaan Yusuf tergelincir juga dalam perbuatan
bodoh, wa illa tashrif `anni kaidahunna ashbu ilaihinna wa akun min al
jahilin (Q/12:33)

7. Cinta syauq (rindu). Term ini bukan dari al Qur'an tetapi dari
hadis yang menafsirkan al Qur'an. Dalam surat al `Ankabut ayat 5
dikatakan bahwa barangsiapa rindu berjumpa Allah pasti waktunya akan
tiba. Kalimat kerinduan ini kemudian diungkapkan dalam doa ma'tsur
dari hadis riwayat Ahmad; wa as'aluka ladzzata an nadzori ila wajhika
wa as syauqa ila liqa'ika, aku mohon dapat merasakan nikmatnya
memandang wajah Mu dan nikmatnya kerinduan untuk berjumpa dengan Mu.
Menurut Ibn al Qayyim al Jauzi dalam kitab Raudlat al Muhibbin wa
Nuzhat al Musytaqin, Syauq (rindu) adalah pengembaraan hati kepada
sang kekasih (safar al qalb ila al mahbub), dan kobaran cinta yang
apinya berada di dalam hati sang pecinta, hurqat al mahabbah wa il
tihab naruha fi qalb al muhibbi

8. Cinta kulfah. yakni perasaan cinta yang disertai kesadaran mendidik
kepada hal-hal yang positip meski sulit, seperti orang tua yang
menyuruh anaknya menyapu, membersihkan kamar sendiri, meski ada
pembantu. Jenis cinta ini disebut al Qur'an ketika menyatakan bahwa
Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya, la
yukallifullah nafsan illa wus`aha (Q/2:286)


Cinta berada dihati, hati yang lurus akan meletakkan cinta pada tempat dan porsi yang benar. Yaitu cinta yang dikendalikan oleh akal, ilmu dan iman. Mudah2an macam cinta menurut Alquran ini bisa menjadi acuan bagi kita untuk menentukan cinta mana yang seharusnya kita miliki.